Bengkulu (Antara) - Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kabut asap yang menyelimuti provinsi tersebut.

"Kabut asap memang sudah beberapa hari ini kita rasakan, saya imbau masyarakat untuk mewaspadai asapnya dengan menggunakan masker untuk beraktivitas di luar ruangan," katanya.

Menurut Junaidi kabut asap yang melanda Bengkulu tersebut merupakan kiriman dari provinsi tetangga karena berdasarkan pantauan BMKG di Provinsi Bengkulu belum ditemukan titik api.

"Saya rasa kabut asap ini merupakan kiriman dari provinsi tetanga seperti Sumatra Selatan dan Jambi akibat kebakaran lahan," kata dia.

Berdasarkan pantauan BMKG jarak pandang di sebagian wilayah dalam Kota Bengkulu mencapai 1.500 meter, namun hal tersebut belum masuk kategori membahayakan.

Wakil Gubernur Bengkulu Sultan B Najamudin juga mengimbau seluruh masyarakat di daerah itu, menggunakan pelindung saluran pernapasan jika ingin melakukan aktivitas di luar rumah.

"Kabut asap dari Provinsi Sumatera Selatan, mulai menutupi wilayah Bengkulu, memang belum membahayakan masyarakat, namun untuk kesadaran diri sendiri, kita mengimbau agar (masyarakat) menggunakan masker," kata dia.

Menurut wakil gubernur, pihaknya saat ini sedang mendata di setiap puskesmas, guna melihat apakah kabut asap yang sudah menyelimuti sebulan terakhir berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.

"Kalau ditemukan kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kita harus bergerak, pemerintah daerah tidak ingin kondisi kesehatan masyarakat menurun akibat ini, dan kami juga merencanakan akan melakukan tindakan penanggulangan termasuk membagikan masker, jika asap di Provinsi Bengkulu tidak reda," kata dia.

Terkait titik api, Sultan mengatakan, tidak ada pembakaran hutan di Provinsi Bengkulu.

"Kita tidak menemukan titik api di Bengkulu, sebelumnya ada satu titik yang disampaikan Bupati Kepahiang, tapi sudah dipadamkan, sekarang tidak diizinkan lagi pembakaran hutan untuk membuka lahan perkebunan, kalau ada bisa ditindak sesuai hukum," ucapnya.

Sementara itu Pemerintah Kabupaten Rejanglebong, membagikan masker kepada warga setempat untuk mengantisipasi dampak kabut asap kebakaran hutan kiriman dari beberapa provinsi di Sumatera.

"Untuk saat ini jumlah masker yang dibagikan sebanyak 650 buah, pembagian ini dilakukan atas kerja sama antara Dinkes Rejanglebong dengan BPBD Rejanglebong," kata Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Rejanglebong, Nunung Trimulyanti.

Pembagian masker diberikan kepada para pengguna jalan yang melintas di daerah itu.

Pembagian masker kepada warga di daerah tersebut dilaksanakan di perempatan bundaran Dwi Tunggal, kemudian lampu merah Simpang Lebong dan kawasan Pasar Bang Mego Curup.

Pembagian masker yang dilakukan pihaknya itu merupakan tindak lanjut dari bencana kabut asap akibat kebakaran hutan di sejumlah provinsi di Sumatera, dan sudah dilakukan pihak BPBD setempat sejak Senin (13/10).

Pembagian masker selain dilakukan Pemkab Rejanglebong tambah dia, juga dilakukan oleh Polres Rejanglebong dengan jumlah masker yang dibagikan mencapai 2.000 buah. 

Kondisi udara di daerah itu saat ini, kata dia, sudah tidak sehat dan berpotensi menyebabkan beberapa penyakit di antaranya ISPA, dengan tanda-tanda menyebabkan mata perih dan saat dihirup hidung menjadi panas serta membuat nafas menjadi sesak.

"Untuk mencegah dampak kabut asap ini warga diimbau untuk menggunakan masker saat ke luar rumah serta tidak ke luar rumah jika tidak ada keperluan mendesak. Untuk masker ini masyarakat bisa membelinya di apotek dan harganya cukup murah, pembagian ini hanya bentuk simbolik sehingga warga dapat mewaspadai dampaknya," kata Nunung.

Kabut asap kebakaran hutan yang terjadi di sejumlah wilayah di Sumatera itu, Senin (13/10) hingga malam hari menyelimuti Kota Curup, Kabupaten Rejanglebong.

Pantauan di lapangan kabut asap kebakaran hutan kiriman tersebut terlihat sejak pagi hari hingga malam hari dengan jarak pandang berkisar 300-500 meter.

Tebalnya kabut asap ini membuat sejumlah warga mulai mengenakan masker, sedangkan para pengendara kendaraan roda dua dan empat yang melintas di jalanan dalam kota ini menyalakan lampu guna menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas.

"Kabut asapnya sudah mulai tebal dan berpotensi menimbulkan penyakit, jadi untuk mengurangi risikonya saya sudah siapkan masker saat akan ke luar rumah. Selain untuk mengantisipasi asap masker ini juga untuk antisipasi debu menuju lokasi kerja yang saat kemarau sekarang jalanannya berdebu," kata Wenny (30) warga Kelurahan Airbang, Kecamatan Curup Tengah.

Kabut asap dan banyaknya debu yang beterbangan, kata dia, membuat risiko terkena berbagai penyakit sangat besar sehingga dirinya selalu mengenakan masker saat ke luar rumah dan mengurangi perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor atau hanya berdiam di rumah saja.

Sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mukomuko menyatakan kabut asap yang menyelimuti sebagian wilayah di Kecamatan Kota Mukomuko berasal dari pembakaran sampah rumah tangga di wilayah tersebut.

"Kabut asap itu berasal dari kebakaran sampah di dua titik di daerah ini," kata Kabid Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mukomuko, Iskandar.

Ia mengatakan, dua titik kebakaran sampah itu berada di Desa Lubuk Sanai, Kecamatan XIV Koto dan Kelurahan Koto Jaya, Kecamatan Kota Mukomuko.

Menurutnya, meskipun hanya sampah yang dibakar oleh warga di wilayah itu tetapi apinya sangat besar karena yang salah satu sampah yang dibakar ban mobil.

Sehingga, lanjutnya, dalam situasi cuaca mendung dan panas di daerah itu membuat asap yang berasal dari kebakaran sampah itu menyelimuti sebagian wilayah tersebut.



Hancurkan Generasi Bangsa

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif mengungkapkan kebakaran hutan berkepanjangan dapat menghancurkan generasi bangsa.

"Bagi generasi muda yang sekolah, bisa terhambat kegiatan belajar mengajar, lebih bahaya lagi jika ibu hamil menghirup asap, maka generasi muda kita yang akan dilahirkan nanti, bisa idiot," kata dia, seusai pembukaan Bulan Penanggulangan Risiko Bencana di Bengkulu awal pekan ini.

Dia mengatakan, asap dari kebakaran hutan juga menyebabkan berbagai macam penyakit baik infeksi saluran pernapasan atas, berikut dengan turunan penyakit tersebut.

"Sejumlah wilayah di Indonesia sudah mulai ditutupi kabut asap tebal, (dikhawatirkan) berlangsung sampai November," kata dia.

Menghirup kabut asap dalam waktu yang panjang, menurut dirinya, memperbesar risiko melemahnya kondisi kesehatan masyarakat.

"Kami dari pusat mengirimkan bantuan penanggulangan, namun intinya adalah daerah, karena daerah yang paling tahu tentang ini," katanya.

Langkah terpenting untuk menghentikan kebakaran hutan tersebut, kata Kepala BNPB itu, yakni keseriusan pemerintah daerah dalam menegakkan hukum.

"Ini jelas dibakar, oleh karena itu tidak mungkin sepenuhnya diserahkan ke kami, yang tahu itu orang daerah, ini bukan masalah ekonomi belaka, tapi sudah masalah kriminal," ucapnya.

"Saya yakin pasti pemda (pemerintah daerah) tahulah, paling tidak di tingkat bawah, ini (lahan) akan dijadikan apa, cegahlah itu," ujarnya.

Syamsul Maarif juga menjelaskan, pihaknya sedang mengupayakan penambahan tiga pesawat terbang untuk membantu menanggulangi kebakaran hutan di beberapa provinsi yang terdapat titik api.

"Kita sedang mencari tiga pesawat lagi, dua rencananya dari Australia, dan satu lagi dari Malaysia, pesawat ini jumlahnya terbatas, maka kita terpaksa mengantre," kata dia.

Selain tiga pesawat yang direncanakan tersebut, pihaknya telah menyiagakan pesawat berkapasitas besar, dengan kemampuan mengangkut 4,5 ton garam untuk memodifikasi cuaca hujan buatan.

"Ada tiga pesawat kapasitas besar yang kami siapkan untuk pemadaman titik api di wilayah Sumatera selatan, ada juga satu tambahan pesawat untuk pemadaman di Riau," kata dia.

Menurut Syamsul, yang terpenting, langkah penanggulangan kebakaran hutan, yakni penegakan hukum. 

Dia meminta pimpinan di daerah beserta jajaran untuk serius dalam penanggulangan penanganan kebakaran hutan tersebut.

Kebakaran hutan yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia tersebut, menurut Kepala BNPB, ditengarai untuk kepentingan pembukaan lahan perkebunan.

***3***

Pewarta: Oleh Triono Subagyo

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014