Singapura (Antara/AFP) - Harga minyak dunia turun lagi di perdagangan Asia, Kamis, karena greenback menguat dan ekspektasi bahwa kartel OPEC tidak mungkin memangkas tingkat produksinya untuk melawan banjir pasokan global, kata para analis.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, turun 23 sen menjadi 76,95 dolar AS, sementara minyak mentah Brent turun 52 sen menjadi 79,86 dolar AS di perdagangan sore.

WTI turun 76 sen di New York pada Rabu menjadi ditutup pada tingkat terendah tiga tahun, sementara Brent jatuh 1,29 dolar AS dan duduk di tingkat yang terakhir terlihat pada 2010.

"Apresiasi dolar AS terhadap mata uang utama dan peningkatan
pasokan dari minyak AS memberikan tekanan pada harga patokan," kata
Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia-Pasifik di konsultan bisnis EY.

Dolar AS dibeli 115,80 yen di perdagangan Asia pada Kamis, dibandingkan dengan 115,52 yen di New York pada Rabu.

Sebuah penguatan greenback membuat minyak yang dihargakan dalam dolar mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah, sehingga mengurangi permintaan.

Para dealer tetap pesimis atas kemungkinan 12 negara
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengurangi produksi mereka guna membendung banjir global, sebagian disebabkan oleh banjir "tight oil" AS yang diekstrak dari serpih (shale).

Pertemuan OPEC berikutnya ditetapkan untuk 27 November di Wina.

Pada Rabu, Menteri Perminyakan Arab Saudi menolak pembicaraan bahwa negaranya sedang mendorong perang harga di pasar minyak mentah global sehingga harga jatuh.

"Pembicaraan perang harga adalah tanda kesalahpahaman -- disengaja atau tidak -- dan tidak memiliki dasar dalam realitas," Ali Al-Naimi mengatakan pada sebuah konferensi di Acapulco, menurut teks pidatonya.

Pekan lalu, Riyadh mengirim harga minyak dunia terjun ketika negara itu menurunkan harga untuk pasar AS, sementara menaikkan harga untuk Asia, gerai utama Saudi.

Para analis menduga bahwa Arab Saudi ingin memperkuat pangsa pasarnya di Amerika Serikat terhadap membanjirnya minyak dalam negeri dari deposito serpih.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014