Mukomuko (Antara) - Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko, melarang para petani setempat mengganti komoditas perkebunannya dari tanaman karet menjadi kelapa sawit.

"Petani ingin mengganti karet jadi kelapa sawit karena harga getah karet anjlok. Tetapi kami larang," kata Kabid Perkebunan Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan (DP3K) Kabupaten Mukomuko, Wahyu Hidayat, di Mukomuko, Sabtu.

Petani karet di Kecamatan Selagan Raya mendatangi instansi itu mengeluhkan karena sejak dua tahun terakhir tidak menyadap karetnya karena harga jual getah karet di tingkat petani anjlok.

Wahyu mengatakan, harga jual getah karet kotor di tingkat petani di daerah itu sebesar Rp3.500 per kilogram.

Menurutnya, karena pengaruh harga jual getah karet turun sehingga petani ingin mengganti komoditas perkebunannya itu dan meminta bantuan bibit kelapa sawit.

Ia mengatakan, sah saja petani ingin menanam tanam kelapa sawit tetapi jangan mengorbankan tanaman karetnya.

Ia menyarankan, agar petani mencarikan lahan lain untuk lokasi perkebunan kelapa sawit. Bukan di lahan perkebunan karet yang telah menghasilkan.

"Sekarang harga getah karet memang turun tetapi harga tersebut bisa jadi naik lagi. Dan rugi tanaman karet yang sudah menghasilkan ditebang," ujarnya.  

Ia mengatakan, saran dari instansi itu didengarkan oleh petani. Karena mereka punya lahan lain untuk lokasi perkebunan kelapa sawit.

Terkait dengan bantuan bibit kelapa sawit, ia mengatakan, kemungkinan anggarannya disetujui untuk pembelian bibit kelapa sawit tahun 2015. ***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014