Semarang (Antara) - Ekonom Universitas Diponegoro Semarang FX Sugiyanto menilai rencana penurunan harga bahan bakar minyak justru menunjukkan konsistensi pemerintah.

"Kalau sekarang mau diturunkan (harga BBM bersubsidi) kan karena harga minyak dunia sedang turun. Subsidi kan jadi berlebih, makanya perlu dikurangi," katanya di Semarang, Rabu.

Namun, ia melihat rencana pemerintah menurunkan harga BBM ini ke depannya mengarah pada kebijakan subsidi tetap. Artinya, persentase subsidi BBM akan ditetapkan secara pasti.

Subsidi tetap yang dimaksud, kata dia, subsidi BBM akan ditetapkan sekian persen dari harga pasar, misalnya 10 persen dari harga pasar sehingga kebijakan anggarannya menjadi lebih jelas.

Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip itu menjelaskan kebijakan yang diterapkan pemerintah sebelumnya masih mengarah pada harga yang tetap, bukan pada subsidi yang tetap.

"Selama ini kan masih begitu, misalnya harga premium sekian, solar sekian. Berbeda jika yang ditetapkan persentase subsidinya, sementara harga BBM menyesuaikan pasar minyak dunia," tukasnya.

Jadi, kata dia, harga BBM dalam satu tahun bisa mengalami perubahan sampai beberapa kali mengikuti naik-turunnya harga minyak dunia, tetapi persentase subsidi yang ditanggung pemerintah tetap.

"Taruhlah subsidinya ditetapkan 10 persen. Ketika harga di pasar dunia Rp10.000/liter maka dijual di pasaran sebesar Rp9.000/liter. Pemerintah menanggung 10 persennya, atau Rp1.000/liter," tukasnya.

Meski harga BBM mengalami kenaikan dan penurunan, kata dia, subsidi yang diberikan pemerintah bersifat tetap dan pasti, misalnya sebesar 10 persen dari harga BBM di pasaran.

Dengan model kebijakan subsidi tetap untuk BBM seperti ini, Sugiyanto menilai pemerintah justru konsisten dalam kebijakannya meski harga BBM akan naik-turun mengikuti mekanisme pasar.

Di sisi lain, ia mengakui penurunan harga BBM memang tidak selalu diiringi dengan penurunan harga barang di pasaran, bahkan kecenderungannya harga barang tetap bertahan meski harga BBM turun.

"Ya, harga barang memang tidak ikut turun. Namun, itu dampak jangka pendek dan tidak terlalu berpengaruh. Dampak jangka panjangnya justru bagus karena terjadi semacam edukasi pasar," jelasnya.

Ketika harga BBM diserahkan mekanisme pasar, namun subsidi sudah ditetapkan pasti, kata dia, masyarakat akan bisa memprediksi naik-turunnya harga BBM, yakni menyesuaikan harga minyak dunia.

"Lama-lama masyarakat akan terbiasa. Tidak mudah menaikkan harga barang karena bisa jadi besok harga BBM turun. Itulah maksudnya edukasi pasar. Ya, memang butuh waktu lama," pungkas Sugiyanto.

Sebelumnya diwartakan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan kebijakan baru pemerintah terkait BBM untuk mengantisipasi penurunan harga minyak dunia segera diumumkan.

Sofyan memastikan kebijakan ini akan menyesuaikan perkembangan harga minyak dunia, termasuk kemungkinan penyesuaian kembali harga BBM bersubsidi maupun penerapan skema subsidi tetap dalam APBN-Perubahan 2015. ***2***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015