Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengajak masyarakat dunia untuk melakukan aksi nyata untuk mewujudkan dekarbonisasi guna menurunkan emisi gas buang.
“Sudah terlalu sering kita berwacana tetapi tidak ada hasil yang nyata dalam upaya mencegah kenaikan suhu Bumi 1,5 derajat Celcius. Saya mengajak semua pihak untuk melakukan aksi nyata dan itu bisa dilakukan di Indonesia karena begitu banyak proyek yang bisa dikerjakan di Indonesia,” katanya dalam dalam diskusi panel Ecosperity yang diselenggarakan Temasek Foundation di Singapura, Selasa (6/6).
Melalui keterangan di Jakarta, Selasa, Luhut tampil dalam diskusi panel bersama Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu dan Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada Chaterine McKenna.
Luhut mengemukakan Indonesia sudah membuat peta jalan yang jelas untuk mencapai target net zero tanpa harus mengganggu upaya mengejar tingkat pertumbuhan demi kesejahteraan rakyat.
Lima langkah yang ditetapkan pemerintah dilakukan mulai dari transisi dari energi fosil ke energi terbarukan, pengembangan mobil listrik, hingga penggunaan sumur-sumur minyak yang sudah tidak beroperasi untuk penyimpanan CO2.
Berikutnya, pengembangan baterai untuk kendaraan listrik yang transisinya dimulai dengan pelarangan ekspor nikel dalam bentuk mentah hingga pembangunan industri daur ulang dari baterai-baterai itu ketika sudah habis masa pakainya.
Kendari demikian, ia mengakui tantangan utama yang dihadapi Indonesia untuk menjalankan peta jalan yang sudah disusun itu adalah pendanaan.
“Banyak yang datang untuk menawarkan, tetapi tingkat suku bunga yang ditawarkan adalah tingkat suku bunga komersial,” ungkapnya.
Menurut Luhut, selama pendanaan untuk pengembangan proyek hijau masih menjadi kendala, maka upaya untuk menurunkan emisi gas buang akan sulit tercapai.
“Salah satu yang harus kita lakukan bersama adalah membuat global blended finance. Sebab, masalah pemanasan global ini merupakan masalah dunia dan tidak bisa dilakukan negara secara sendiri-sendiri,” tegas Luhut.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Grace Fu dan Menteri Chaterine McKenna sepandangan dengan Luhut tentang perlunya upaya bersama dari masyarakat dunia untuk menangani persoalan pemanasan global.
Menteri Grace Fu melihat blended finance bisa menjadi solusi untuk membuat berbagai proyek yang kemudian menjadi percontohan.
“Baik pemerintah maupun swasta harus bersama-sama mau mengeluarkan anggaran dan menjadikan sebagai blended finance. Tentu kita secara transparan dan dengan tata kelola yang baik harus membuat proyek-proyek yang benar-benar baik agar bisa menjadi percontohan,” ujar Grace Fu.
Namun di samping proyek-proyek besar, Grace Fu mengajak dunia usaha dan juga karyawan untuk membuat inovasi di lingkungan perusahaan masing-masing yang bisa berkontribusi menurunkan emisi gas buang. Ia menunjuk contoh inisiatif yang dilakukan Temasek Foundation untuk membuat pembersih udara dengan menggunakan sabut kelapa.
“Saya lihat banyak barang di sekitar kita yang bisa dimanfaatkan untuk membuat sesuatu yang bisa menurunkan penggunaan energi maupun emisi gas buang,” kata Menteri Lingkungan Singapura itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
“Sudah terlalu sering kita berwacana tetapi tidak ada hasil yang nyata dalam upaya mencegah kenaikan suhu Bumi 1,5 derajat Celcius. Saya mengajak semua pihak untuk melakukan aksi nyata dan itu bisa dilakukan di Indonesia karena begitu banyak proyek yang bisa dikerjakan di Indonesia,” katanya dalam dalam diskusi panel Ecosperity yang diselenggarakan Temasek Foundation di Singapura, Selasa (6/6).
Melalui keterangan di Jakarta, Selasa, Luhut tampil dalam diskusi panel bersama Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu dan Menteri Lingkungan dan Perubahan Iklim Kanada Chaterine McKenna.
Luhut mengemukakan Indonesia sudah membuat peta jalan yang jelas untuk mencapai target net zero tanpa harus mengganggu upaya mengejar tingkat pertumbuhan demi kesejahteraan rakyat.
Lima langkah yang ditetapkan pemerintah dilakukan mulai dari transisi dari energi fosil ke energi terbarukan, pengembangan mobil listrik, hingga penggunaan sumur-sumur minyak yang sudah tidak beroperasi untuk penyimpanan CO2.
Berikutnya, pengembangan baterai untuk kendaraan listrik yang transisinya dimulai dengan pelarangan ekspor nikel dalam bentuk mentah hingga pembangunan industri daur ulang dari baterai-baterai itu ketika sudah habis masa pakainya.
Kendari demikian, ia mengakui tantangan utama yang dihadapi Indonesia untuk menjalankan peta jalan yang sudah disusun itu adalah pendanaan.
“Banyak yang datang untuk menawarkan, tetapi tingkat suku bunga yang ditawarkan adalah tingkat suku bunga komersial,” ungkapnya.
Menurut Luhut, selama pendanaan untuk pengembangan proyek hijau masih menjadi kendala, maka upaya untuk menurunkan emisi gas buang akan sulit tercapai.
“Salah satu yang harus kita lakukan bersama adalah membuat global blended finance. Sebab, masalah pemanasan global ini merupakan masalah dunia dan tidak bisa dilakukan negara secara sendiri-sendiri,” tegas Luhut.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Grace Fu dan Menteri Chaterine McKenna sepandangan dengan Luhut tentang perlunya upaya bersama dari masyarakat dunia untuk menangani persoalan pemanasan global.
Menteri Grace Fu melihat blended finance bisa menjadi solusi untuk membuat berbagai proyek yang kemudian menjadi percontohan.
“Baik pemerintah maupun swasta harus bersama-sama mau mengeluarkan anggaran dan menjadikan sebagai blended finance. Tentu kita secara transparan dan dengan tata kelola yang baik harus membuat proyek-proyek yang benar-benar baik agar bisa menjadi percontohan,” ujar Grace Fu.
Namun di samping proyek-proyek besar, Grace Fu mengajak dunia usaha dan juga karyawan untuk membuat inovasi di lingkungan perusahaan masing-masing yang bisa berkontribusi menurunkan emisi gas buang. Ia menunjuk contoh inisiatif yang dilakukan Temasek Foundation untuk membuat pembersih udara dengan menggunakan sabut kelapa.
“Saya lihat banyak barang di sekitar kita yang bisa dimanfaatkan untuk membuat sesuatu yang bisa menurunkan penggunaan energi maupun emisi gas buang,” kata Menteri Lingkungan Singapura itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023