Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Pasokan buah kemiri kupas dari petani kepada pedagang di Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, beberapa bulan terakhir berkurang karena pengaruh musim penghujan.
Bila musim penghujan buah kemiri itu sudah untuk kering dan proses memanennya juga terhambat, kata seorang pedagang pengumpul buah kemiri di Kabupaten Kepahiang Mujri, Sabtu.
Ia mengatakan, berkurang pasokan buah kemiri mateng itu berdampak pada kenikan harga biji kemiri kupas dari Rp35.000 naik menjadi Rp40.000/kg.
Harga tersebut diperkirakan bisa kembali naik, terlebih ada permintaan dari daerah tetangga yaitu wilayah Sumsel ada peningkatan, ujarnya.
Kendati pun harga naik akibat ada permintaan dari pedagang besar di luar Bengkulu, namun stok pada tingkat pedagang pengumpul di sentra produksi cukup.
Pasokan buah kemiri itu, katanya, dibeli dari pedagang pengumpul pada sentra produksi di Kabupaten Kepahiang yang mendapat suplay dari petani peserta kelompok hutan kemasyarakatan (HKM) dan petani biasa di dua Kabupaten yaitu Rejang Lebong dan Kepahiang.
Selama ini, kata dia, petani mengambil buah kemiri dari kebun masyarakat petani kopi, karena produk unggulannya waktu itu belum panen.
Namun, katanya, setelah tanaman kopi mereka panen pekerjaan mengumpulkan buah kemiri menjadi pekerjaan sampingan.
Tetapi, menurut dia, ada juga buah kemiri yang dipasok dari masyarakat di wilayah perbatasan antara Kabupaten Kepahiang dengan Kabupaten Empat Lawang, Sumsel.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu Riky Gunarwan mengatakan, tanaman kemiri masyarakat di daerah ini tercatat 136 hektare, dengan produksi 21 ton per tahun merupakan milik 216 kepala keluarga (KK) petani.
Lahan seluas itu belum termasuk tanaman peserta HKM dan tanaman masyarakat yang terpencar-pencar.
Dalam tiga tahun terakhir, katanya, tanaman kemiri itu meningkat, terutama dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Lebong, Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang.
Pola pemasarannya tetap melalui pedagang pengumpul, setelah itu dijual secara lokal dan ke luar Provinsi Bengkulu antara lain ke Palembang dan Sumatra Barat.(Z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
Bila musim penghujan buah kemiri itu sudah untuk kering dan proses memanennya juga terhambat, kata seorang pedagang pengumpul buah kemiri di Kabupaten Kepahiang Mujri, Sabtu.
Ia mengatakan, berkurang pasokan buah kemiri mateng itu berdampak pada kenikan harga biji kemiri kupas dari Rp35.000 naik menjadi Rp40.000/kg.
Harga tersebut diperkirakan bisa kembali naik, terlebih ada permintaan dari daerah tetangga yaitu wilayah Sumsel ada peningkatan, ujarnya.
Kendati pun harga naik akibat ada permintaan dari pedagang besar di luar Bengkulu, namun stok pada tingkat pedagang pengumpul di sentra produksi cukup.
Pasokan buah kemiri itu, katanya, dibeli dari pedagang pengumpul pada sentra produksi di Kabupaten Kepahiang yang mendapat suplay dari petani peserta kelompok hutan kemasyarakatan (HKM) dan petani biasa di dua Kabupaten yaitu Rejang Lebong dan Kepahiang.
Selama ini, kata dia, petani mengambil buah kemiri dari kebun masyarakat petani kopi, karena produk unggulannya waktu itu belum panen.
Namun, katanya, setelah tanaman kopi mereka panen pekerjaan mengumpulkan buah kemiri menjadi pekerjaan sampingan.
Tetapi, menurut dia, ada juga buah kemiri yang dipasok dari masyarakat di wilayah perbatasan antara Kabupaten Kepahiang dengan Kabupaten Empat Lawang, Sumsel.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu Riky Gunarwan mengatakan, tanaman kemiri masyarakat di daerah ini tercatat 136 hektare, dengan produksi 21 ton per tahun merupakan milik 216 kepala keluarga (KK) petani.
Lahan seluas itu belum termasuk tanaman peserta HKM dan tanaman masyarakat yang terpencar-pencar.
Dalam tiga tahun terakhir, katanya, tanaman kemiri itu meningkat, terutama dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Lebong, Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang.
Pola pemasarannya tetap melalui pedagang pengumpul, setelah itu dijual secara lokal dan ke luar Provinsi Bengkulu antara lain ke Palembang dan Sumatra Barat.(Z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012