Bengkulu (Antara) - Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Bengkulu mengungkapkan, kelangkaan ikan bukan karena dampak Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2015 tentang pelarangan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan seperti pukat.

"Tidak ada hubungannya dengan rumor yang berkembang di masyarakat tentang kelangkaan ikan disebabkan oleh penangkapan kapal menggunakan pukat atau karena Peraturan Menteri Nomor 2, pasokan ikan sedikit bukan karena itu," kata Ketua HNSI Kota Bengkulu Iswandi Ruslan di Bengkulu, Kamis.

Menurut Iswandi, sejumlah jenis ikan mengalami kekosongan pasokan di pasar tradisional setempat, karena cuaca di Kota Bengkulu tidak memungkinkan untuk berlayar mencari ikan.

"Badai cukup tinggi dia perairan kita saja sampai lima meter, apalagi di laut lepas, nelayan tidak mau mengambil risiko yang membahayakan keselamatan," kata dia.

Walaupun ada yang memaksa untuk melaut, para nelayan harus beritirahat di pulau terluar, seperti Pulau Enggano dan harus menunggu gelombang laut rendah untuk kembali ke Bengkulu.

"Nah karena itu, hanya sedikit pasokan ikan, bukan karena nelayan ditangkap angkatan laut atau polisi, hanya jenis ikan tuna dan tongkol yang mengalami kelangkaan," katanya.

Sebelumnya, masyarakat Kota Bengkulu mengeluhkan ikan mulai susah ditemukan di pasar tradisional daerah setempat sejak minggu pertama Maret.

"Susah ditemukan ikan, kalau pun ada, harganya cukup tinggi, sementara keluarga kami sudah biasa mengkonsumsi ikan setidaknya dua atau tiga kali seminggu," kata salah seorang masyarakat Kota Bengkulu, Ny Arni.

Pewarta: Oleh Boyke LW

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015