Bengkulu (Antara) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan Bengkulu pada Maret 2015 mengalami deflasi sekitar 0,4 persen setelah Februari 2015 deflasi sebesar 1,46 persen..

"Setelah rapat koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah Bengkulu, kami rumuskan kemungkinan Provinsi Bengkulu akan mengalami deflasi, walau tidak sebesar pada bulan sebelumnya," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Bengkulu Bidang Keuangan Makro, Christin Sidabutar di Bengkulu, Sabtu.

Dari hasil rapat koordinasi TPID Bengkulu, ada beberapa faktor pendukung yang menyebabkan deflasi pada Maret, terutama harga bahan bakar minyak (BBM) yang  relatif stabil dibandingkan Desember 2014 dan Januari 2015.

"Stok bahan pokok juga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, ini berdampak bagus terhadap harga di pasar," katanya.

Selain itu, panen raya di provinsi itu diprediksi akan berlangsung sepanjang Maret 2015 sehingga kebutuhan beras di Bengkulu diyakini tercukupi sampai beberapa bulan ke depan.

"Distribusi beras yang lancar juga bisa memberikan dampak bagus, harga beras di pasaran akan membaik, selain itu program beras murah dari Bulog masih berlangsung," katanya.

Harga cabai yang biasa menyumbang angka inflasi di Bengkulu, kata Chirstin, juga menunjukkan tren stabil di mana harga berkisar Rp10.000-Rp20.000 per kilogram.

"Ini disebabkan pada Januari dan Februari 2015, sejumlah daerah sedang panen cabai, jumlah yang cukup banyak membuat harga di pasar menjadi lebih murah," ujarnya.

Pewarta: Oleh Boyke LW

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015