Tanpa ragu-ragu Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengangkat gelas berisi air putih itu dan meminum sampai habis. Hal serupa dilakukan Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut II Padang, Laksamana Pertama TNI I Nyoman Nesa.

Minum bersama para pejabat TNI dan pemerintah Provinsi Bengkulu itu menandai peresmian pengolahan air laut menjadi air siap konsumsi yang dibangun TNI Angkatan Laut di Desa Malakoni, Pulau Enggano pada Rabu (24/5).

Peresmian sarana prasarana air bersih dengan sistem "reverse osmosis" atau penyulingan air dengan sistem membran hingga siap dikonsumsi itu mendapat perhatian masyakat yang mendiami pulau terluar itu.

Meski pengolahan air laut untuk mendapatkan air tawar dengan sistem "reverse osmosi" atau disebut RO sudah ditemukan sejak awal 1970-an, program ini masih menjadi rintisan di Bengkulu, khususnya di Pulau Enggano.

"Program ini dirintis di beberapa titik di pesisir Pulau Sumatera, salah satu titiknya di Pulau Enggano," ujar Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut II Padang, Laksamana Pertama TNI I Nyoman Nesa.

Pembangunan fasilitas pengolahan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bermukim di pesisir dilakukan di lima titik yakni di Bengkulu, dan empat titik di Provinsi Kepulauan Riau.

Awalnya kata Nyoman, penyediaan sarana prasarana pengolahan air bersih itu untuk menjawab kebutuhan prajurit TNI AL yang bertugas di pos TNI Angkatan Laut, terhadap air bersih.

"Tapi fasilitas ini disediakan gratis untuk seluruh masyarakat di Pulau Enggano," ucap dia.

Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Bengkulu Letkol Laut (P) Amrin Rosihan Hendrotomo saat peresmian proyek air bersih itu mengajak seluruh masyarakat Enggano untuk memelihara fasilitas tersebut.

"Kami mohon dirawat dan dipelihara agar penyediaan air bersih bisa terus berkelanjutan," ucap dia, berharap.

Pembangunan pengolahan air bersih itu diusulkan ke Mabes TNI AL setelah kunjungan kerja Danlanal Bengkulu ke Pulau Enggano pada pertengahan 2014.

Dengan anggaran Rp3 miliar, fasilitas pengolahan air bersih itu sudah bisa dinikmati warga secara gratis. Bahkan Lanal Bengkulu menyediakan galon secara gratis yang akan dibagikan kepada lebih 900 kepala keluarga untuk memudahkan distribusi air.



"Reverse Osmosis"

Subianto, perwakilan Direksi PT Trimitra Wisesa Abadi, pihak ketiga yang membangun sarana pengolahan air bersih itu mengatakan proyek tersebut dibangun di lima pos TNI Angkatan Laut di Pulau Sumatera.

Khusus di Bengkulu, sarana pengolahan air bersih itu dipusatkan di Desa Malakoni yang lokasinya berada di pertengahan dari enam desa yang ada di pulau berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu itu.

"Alat ini didatangkan dari Denmark untuk desalinasi air laut untuk mendapatkan air tawar," papar dia.

Listrik tenaga surya atau "solar cell" menjadi satu-satunya pilihan untuk menggerakkan mesin pengolah air bersih itu, sebab di Pulau Enggano belum ada pembangkit listrik.

Setiap hari kata dia sebanyak sembilan ton air diproduksi oleh mesin pengolahan air bersih tersebut, dan sudah disalurkan ke masyarakat secara gratis.

"Selain mengolah air laut untuk mendapatkan air tawar, mesin pompa juga bisa mengubah air tawar keruh menjadi air siap minum," ujar dia.

Teknisi pengolahan air dengan sistem RO tersebut, Hartoyo mengatakan secara sederhana sistem RO bermula dari pemompaan air ke dalam tabung pasir silika, lalu dialirkan ke penyaringan 5 mikron dan 10 mikron kemudian masuk ke membran dan selanjutnya siap dikonsumsi.

"Pemisahan kadar garam itu terjadi di membran, sehingga air yang diolah siap konsumsi," tutur dia.

Ia mengatakan "reverse osmosis" adalah metode penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi atau lapisan penyaring.

Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan, sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya.

"Hasilnya, 70 persen limbah dan 30 persen air tawar yang siap dikonsumsi," ucapnya, menjelaskan.

Hartoyo mengatakan seluruh prajurit TNI yang bertugas di Pos TNI Angkatan Laut Pulau Enggano sudah mengerti cara kerja alat pengolah air tersebut.



Atasi Krisis

Kehadiran sarana pengolah air bersih itu mendapat sambutan antusias dari masyarakat di Pulau Enggano, terutama dari lima desa yang selama ini cukup sulit mendapat air bersih.

Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengajak masyarakat di pulau itu menjaga lingkungan dan tidak menanam komoditas sawit di Pulau Enggano, demi menjaga ketersediaan air tawar.

"Janga menanam sawit karena tumbuhan itu rakus air. Kita harus mengeluarkan dana miliaran untuk membangun pengolahan air bersih, jadi mari menjaga lingkungan," kata Gubernur, menegaskan.

Camat Enggano Marlansius Manalu mengatakan selama ini masyarakat di Pulau Enggano mengandalkan air sumur untuk mendapat air bersih.

"Air sumur terbaik ada di Desa Malakoni karena rasa air tidak terkontaminasi rasa asin air laut," kata dia.

Sedangkan di lima desa lainnya yakni Kahyapu, Kaana, Apoho, Meok dan Banjarsari cukup sulit mendapatkan air bersih.

Warga di Desa Banjarsari, contohnya harus menggali sumur sedalam 12 meter untuk mendapatkan air tawar.

"Kami menyampaikan apresiasi tinggi kepada TNI Angkatan Laut yang sudah merealisasikan program ini, karena air menjadi kebutuhan vital masyarakat," ujar dia.

Marlansius mengatakan sebelum gempa bumi berkekuatan 7,9 pada skala Richter melanda Bengkulu dan Pulau Enggano pada 2007, kebutuhan air bersih warga dipenuhi dari perusahaan daerah air minum yang berada di Apoho.

Namun, gempa kuat itu membuat infrastruktur penyedia air bersih itu rusak parah, sehingga warga mengandalkan air sumur yang memiliki kandungan kapur tinggi.

Pulau Enggano seluas 40 kilometer persegi dihuni lebih dari 2.800 jiwa oleh lima suku asli yakni Suku Kauno, Kaharuba, Kaharubi, Kaitora, Kaahua dan bagi pendatang diberi nama Suku Kama`i.

Koordinator Kepala Suku Pulau Enggano Harun Kaharuba mengatakan keberadaan fasilitas yang dibangun TNI AL itu bermanfaat besar bagi warga yang mendiami pulau terluar tersebut.

Namun, ia mengkhawatirkan sistem distribusi air itu berjalan baik mengingat kondisi jalan penghubung antardesa rusak parah.

"Apalagi kalau musim hujan, jalan berlumpur sulit dilewati karena itu kami minta jalan antar desa diperbaiki," kata dia.

Ia berharap air bersih itu dapat dinikmati merata oleh masyarakat sehingga tidak terjadi kecemburuan sosial, sebab air adalah kebutuhan vital.***4***

Pewarta: Oleh Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015