Gorontalo (ANTARA Bengkulu) - Minggu (22/4) dinihari, Kabupaten Gorontalo seakan mencekam dengan aksi bentrokan terjadi antara sejumlah oknum Brimob Polda Gorontalo dan anggota Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad).
Peristiwa yang sempat membuat masyarakat khawatir, yakni terjadi aksi kejar-kejaran disertai tembak menembak, mengakibatkan enam orang anggota Kostrad luka-luka.
"Enam anggota Kostrad telah dibawa ke Rumah Sakit di Gorontalo untuk menjalani perawatan," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD Kolonel (Inf) Pandji Suko Hari Yhudo.
Kadispenad sendiri mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab pertikaian antara anggota Kostrad dengan anggota Brimob, karena masih dalam tahap penyelidikan.
Kasus bentrokan itu, membuat Pangkostrad Mayjen TNI M. Munir, harus rela turun ke Provinsi Gorontalo, guna menyelesaikan masalah tersebut.
Pangkostrad langsung mengunjungi anggota TNI yang menjadi korban bentrok dengan sejumlah anggota Brimob Gorontalo.
Munir, didampingi Kapolda Gorontalo, Brigjen Irawan Dahlan, serta sejumlah staf TNI, langsung menuju ke ruang VIP kamar Kangguru, RSUD Dunda Limboto, Kabupaten Gorontalo, Senin (23/2), tempat empat anggota TNI dirawat.
Sedangkan dua korban lainnya telah dirujuk ke RS Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Pangkostrad menyatakan bentrok berdarah antara TNI satuan Kostrad dan polisi satuan Brimob Gorontalo, merupakan kesalahpahaman yang harus diperbaiki.
"TNI-POLRI harus berjalan lebih baik ke depan," kata dia.
Ia mengatakan dalam pertemuan itu, diperoleh kesepakatan bahwa ke depan setiap pimpinan di dua lembaga negara itu, harus mengendalikan setiap prajuritnya.
Terkait peristiwa bentrok yang terjadi itu, kini telah dibentuk tim gabungan TNI-POLRI, untuk mengusut akar persoalan berikut para pelakunya.
"Pelakunya, tentu akan dihukum sesuai aturan berlaku," kata dia.
Kejadian itu bermula dari satu regu Brimob yang melakukan patroli dengan menggunakan mobil truk dan melintas di depan Kantor KPU Limboto, pada minggu dinihari, dilempari batu dan botol oleh sekelompok orang tak dikenal.
Empat anggota TNI mengalami luka tembak, dua lainnya terkena sabetan senjata tajam, sedang dari pihak Brimob, dua anggota cedera di bagian kepala, terkena lemparan batu.
Merasa kalah dari segi jumlah, maka anggota Brimob itu melapor ke kantor Polres Limboto bahwa dua anggota terluka di bagian kepala akibat lemparan batu, yakni Bripka Asrul Sani dan Briptu Saripudin.
Dua anggota Brimbob yang terluka itu kemudian dibawa ke RS Dunda Limboto, tapi mereka pun dikejar oleh sekitar 13 orang.
Tak lama kemudian, sejumlah anggota Brimob melakukan penyisiran, terdengar letusan senjata api beberapa kali hingga mengakibatkan korban luka tembak sebanyak empat orang.
Belakangan diketahui, korban luka tembak itu merupakan anggota TNI dari satuan Kostrad.
"Ini bukan bentrokan, tetapi kesalahpahaman diantara anggota TNI dan Brimob. Hal ini berdasarkan hasil laporan dari pertemuan antara Pangkostrad, Pangdam VII Wirabuana dan kepolisian di Gorontalo," kata Panglima TNI.
"Kalau ada polisi yang salah ya dihukum dan kalau ada TNI yang salah ya dihukum juga," katanya.
Ke depan, lanjut dia, hubungan antara TNI dan Polri perlu ditingkatkan agar terjalin hubungan yang baik dan memiliki sinergi yang baik.
"Bila ada riak-riak dalam hubungan TNI dan Polri, maka harus dikembalikan ke jalan yang benar. Harus didekatkan antara masing-masing anggota TNI dan Polri agar menyatu," tutur Agus.
Oleh karena itu, kesepakatannya pada Selasa (24/4) ini bahwa ke depan harus dipupuk hubungan yang baik antara TNI dan Polri melalui kegiatan olahraga, kebudayaan dan patroli bersama, yang dapat dilakukan secara berkesinambungan, sehingga hubungan TNI polri akan tetap baik.
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul mengimbau anggota TNI agar tidak terprovokasi terkait pertikaian antara anggota Kostrad dengan Brimob di Gorontalo yang menyebabkan enam anggota Kostrad luka-luka.
"Mabes TNI menyayangkan peristiwa tersebut. Kita harus 'kepala dingin' dalam menyelesaikan kasus ini. Jangan ada yang terprovokasi," kata Kapuspen TNI.
Sementara itu, Bupati Gorontalo, David Bobihoe Akib, meminta agar konflik TNI dan Polri yang terjadi di daerah itu, tidak berkepanjangan, yang akhirnya masyarakat bisa menerima imbasnya.
"Kami berharap, tidak ada lagi insiden yang meresahkan masyarakat," ungkap Bupati.
Menurut dia, selama ini daerah tersebut dikenal sangat kondusif dan masyarakatnya turut bekerja sama menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungannya.
Ia mengatakan pemerintah daerah tidak akan mengintervensi tugas pihak keamanan, yaitu TNI dan Polri, namun berharap akan terus melakukan koordinasi untuk menjaga stabilitas keamanan daerah.
Terkait konflik yang terjadi antara Brimob Polda Gorontalo dan Kostrad, Bupati menilai itu hanya ulah oknum saja dan bukan institusi TNI dan Polri.
Sehingga pemerintah daerah berharap, kejadian tersebut segera teratasi dan tidak meluas.
"Kami menyerahkan seluruh tanggung jawab pengamanan daerah kepada pihak TNI dan Polri, disamping tetap berkoordinasi dalam menangkal aksi brutal yang dilakukan oknum tidak bertanggung jawab," tegas Bupati.
"Pemerintah harusnya memperhatikan tingkat kesejahteraan dua institusi itu, agar kondisi perekonomian mereka juga terdongkrak," katanya.
Menurutnya, persoalan apapun terkait keberadaan TNI-Polri, tidak harus berakhir dengan bentrok, karena masyarakat turut dirugikan dengan faktor kenyamanan, serta menjadi titik lemah koordinasi dua lembaga negara itu. (T.H013/Z003)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
Peristiwa yang sempat membuat masyarakat khawatir, yakni terjadi aksi kejar-kejaran disertai tembak menembak, mengakibatkan enam orang anggota Kostrad luka-luka.
"Enam anggota Kostrad telah dibawa ke Rumah Sakit di Gorontalo untuk menjalani perawatan," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD Kolonel (Inf) Pandji Suko Hari Yhudo.
Kadispenad sendiri mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab pertikaian antara anggota Kostrad dengan anggota Brimob, karena masih dalam tahap penyelidikan.
Kasus bentrokan itu, membuat Pangkostrad Mayjen TNI M. Munir, harus rela turun ke Provinsi Gorontalo, guna menyelesaikan masalah tersebut.
Pangkostrad langsung mengunjungi anggota TNI yang menjadi korban bentrok dengan sejumlah anggota Brimob Gorontalo.
Munir, didampingi Kapolda Gorontalo, Brigjen Irawan Dahlan, serta sejumlah staf TNI, langsung menuju ke ruang VIP kamar Kangguru, RSUD Dunda Limboto, Kabupaten Gorontalo, Senin (23/2), tempat empat anggota TNI dirawat.
Sedangkan dua korban lainnya telah dirujuk ke RS Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Pangkostrad menyatakan bentrok berdarah antara TNI satuan Kostrad dan polisi satuan Brimob Gorontalo, merupakan kesalahpahaman yang harus diperbaiki.
"TNI-POLRI harus berjalan lebih baik ke depan," kata dia.
Ia mengatakan dalam pertemuan itu, diperoleh kesepakatan bahwa ke depan setiap pimpinan di dua lembaga negara itu, harus mengendalikan setiap prajuritnya.
Terkait peristiwa bentrok yang terjadi itu, kini telah dibentuk tim gabungan TNI-POLRI, untuk mengusut akar persoalan berikut para pelakunya.
"Pelakunya, tentu akan dihukum sesuai aturan berlaku," kata dia.
Kejadian itu bermula dari satu regu Brimob yang melakukan patroli dengan menggunakan mobil truk dan melintas di depan Kantor KPU Limboto, pada minggu dinihari, dilempari batu dan botol oleh sekelompok orang tak dikenal.
Empat anggota TNI mengalami luka tembak, dua lainnya terkena sabetan senjata tajam, sedang dari pihak Brimob, dua anggota cedera di bagian kepala, terkena lemparan batu.
Merasa kalah dari segi jumlah, maka anggota Brimob itu melapor ke kantor Polres Limboto bahwa dua anggota terluka di bagian kepala akibat lemparan batu, yakni Bripka Asrul Sani dan Briptu Saripudin.
Dua anggota Brimbob yang terluka itu kemudian dibawa ke RS Dunda Limboto, tapi mereka pun dikejar oleh sekitar 13 orang.
Tak lama kemudian, sejumlah anggota Brimob melakukan penyisiran, terdengar letusan senjata api beberapa kali hingga mengakibatkan korban luka tembak sebanyak empat orang.
Belakangan diketahui, korban luka tembak itu merupakan anggota TNI dari satuan Kostrad.
Salah Paham
Sementara itu, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, menyebutkan ada kesalahpahaman antara anggota Kostrad dengan anggota Brimob Polda Gorontalo di Gorontalo, sehingga mengakibatkan pertikaian antara kedua belah pihak."Ini bukan bentrokan, tetapi kesalahpahaman diantara anggota TNI dan Brimob. Hal ini berdasarkan hasil laporan dari pertemuan antara Pangkostrad, Pangdam VII Wirabuana dan kepolisian di Gorontalo," kata Panglima TNI.
"Kalau ada polisi yang salah ya dihukum dan kalau ada TNI yang salah ya dihukum juga," katanya.
Ke depan, lanjut dia, hubungan antara TNI dan Polri perlu ditingkatkan agar terjalin hubungan yang baik dan memiliki sinergi yang baik.
"Bila ada riak-riak dalam hubungan TNI dan Polri, maka harus dikembalikan ke jalan yang benar. Harus didekatkan antara masing-masing anggota TNI dan Polri agar menyatu," tutur Agus.
Oleh karena itu, kesepakatannya pada Selasa (24/4) ini bahwa ke depan harus dipupuk hubungan yang baik antara TNI dan Polri melalui kegiatan olahraga, kebudayaan dan patroli bersama, yang dapat dilakukan secara berkesinambungan, sehingga hubungan TNI polri akan tetap baik.
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul mengimbau anggota TNI agar tidak terprovokasi terkait pertikaian antara anggota Kostrad dengan Brimob di Gorontalo yang menyebabkan enam anggota Kostrad luka-luka.
"Mabes TNI menyayangkan peristiwa tersebut. Kita harus 'kepala dingin' dalam menyelesaikan kasus ini. Jangan ada yang terprovokasi," kata Kapuspen TNI.
Sementara itu, Bupati Gorontalo, David Bobihoe Akib, meminta agar konflik TNI dan Polri yang terjadi di daerah itu, tidak berkepanjangan, yang akhirnya masyarakat bisa menerima imbasnya.
"Kami berharap, tidak ada lagi insiden yang meresahkan masyarakat," ungkap Bupati.
Menurut dia, selama ini daerah tersebut dikenal sangat kondusif dan masyarakatnya turut bekerja sama menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungannya.
Ia mengatakan pemerintah daerah tidak akan mengintervensi tugas pihak keamanan, yaitu TNI dan Polri, namun berharap akan terus melakukan koordinasi untuk menjaga stabilitas keamanan daerah.
Terkait konflik yang terjadi antara Brimob Polda Gorontalo dan Kostrad, Bupati menilai itu hanya ulah oknum saja dan bukan institusi TNI dan Polri.
Sehingga pemerintah daerah berharap, kejadian tersebut segera teratasi dan tidak meluas.
"Kami menyerahkan seluruh tanggung jawab pengamanan daerah kepada pihak TNI dan Polri, disamping tetap berkoordinasi dalam menangkal aksi brutal yang dilakukan oknum tidak bertanggung jawab," tegas Bupati.
Kesejahteraan
Pengamat sosial dari FISIP Unsrat Manado, Mahyudin Damis, lebih melihat persoalan TNI dan Brimob, merupakan akumulasi dari tingkat kesejahteraan yang kurang berimbang."Pemerintah harusnya memperhatikan tingkat kesejahteraan dua institusi itu, agar kondisi perekonomian mereka juga terdongkrak," katanya.
Menurutnya, persoalan apapun terkait keberadaan TNI-Polri, tidak harus berakhir dengan bentrok, karena masyarakat turut dirugikan dengan faktor kenyamanan, serta menjadi titik lemah koordinasi dua lembaga negara itu. (T.H013/Z003)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012