Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan di wilayah Indonesia terjadi pada bulan November 2023 atau lebih lambat jika dibandingkan dengan biasanya.
"Awal musim hujan diprediksi akan terjadi di bulan November 2023. Namun karena tingginya keragaman iklim di Indonesia menyebabkan awal musim hujan tidak terjadi secara serentak di seluruh wilayah," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat.
Dwikorita mengatakan saat ini sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami musim kemarau. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya fenomena El Nino di Samudera Pasifik, utamanya dipengaruhi angin Mosun Australia.
Posisi El Nino ada dalam fase moderat sejak akhir Juni 2023 dan saat ini indeks El Nino berada pada nilai +1,54. Kondisi el Nino moderat diprediksi tetap bertahan hingga awal 2024. Sedangkan di Samudera Hindia pemantauan anomali suhu muka laut menunjukkan adanya kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) positif dengan nilai +1,527 dan diprediksi akan tetap positif sampai akhir 2023.
Menurutnya, makna IOD positif dan El Nino moderat berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan di wilayah kepulauan Indonesia.
"Jadi keringnya musim kemarau saat ini sesuai hasil prediksi bulan Februari lalu, akibat dari pengaruh dua-duanya, El Nino di Samudera Pasifik dan IOD positif dari Samudera Hindia yang saling menguatkan. Super posisi fenomena El Nino dan IOD positif tersebut menyebabkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia jauh lebih sedikit dari normalnya," kata dia.
Menurut dia, peralihan dari musim kemarau ke hujan umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin timuran/Monsun Australia yang beralih menjadi angin baratan/Monsun Asia yang berasal dari arah benua Asia.
"Akhirnya diharapkan apabila angin itu berasal dari benua Asia yang membawa uap-uap air dari Samudera Pasifik di sekitar Asia, maka diharapkan akan segera memberikan awan-awan hujan dan mendatangkan musim hujan di Kepulauan Indonesia," kata dia.
Dari hasil analisis BMKG, angin timuran yang berasal dari Australia diprediksi masih tetap aktif hingga November 2023 terutama di Indonesia bagian selatan yang paling dekat dengan Australia. Sementara angin baratan diprediksi akan datang lebih lambat dari normalnya.
Ia menjelaskan beberapa wilayah yang dekat dengan benua Asia sudah lebih dulu mendapat musim hujan, yakni sebagian besar Aceh yang dekat ke arah Asia, sebagian besar Sumatera Utara, Sumatera Barat bagian tengah, dan sebagian kecil Kepulauan Riau.
"Selanjutnya musim hujan akan terjadi di Sumatera bagian tengah dan selatan dan lalu secara hampir berurutan diikuti di Kalimantan, Jawa, kemudian secara bertahap akan mendominasi seluruh wilayah Indonesia pada periode Maret hingga April 2024," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
"Awal musim hujan diprediksi akan terjadi di bulan November 2023. Namun karena tingginya keragaman iklim di Indonesia menyebabkan awal musim hujan tidak terjadi secara serentak di seluruh wilayah," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat.
Dwikorita mengatakan saat ini sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami musim kemarau. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya fenomena El Nino di Samudera Pasifik, utamanya dipengaruhi angin Mosun Australia.
Posisi El Nino ada dalam fase moderat sejak akhir Juni 2023 dan saat ini indeks El Nino berada pada nilai +1,54. Kondisi el Nino moderat diprediksi tetap bertahan hingga awal 2024. Sedangkan di Samudera Hindia pemantauan anomali suhu muka laut menunjukkan adanya kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) positif dengan nilai +1,527 dan diprediksi akan tetap positif sampai akhir 2023.
Menurutnya, makna IOD positif dan El Nino moderat berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan di wilayah kepulauan Indonesia.
"Jadi keringnya musim kemarau saat ini sesuai hasil prediksi bulan Februari lalu, akibat dari pengaruh dua-duanya, El Nino di Samudera Pasifik dan IOD positif dari Samudera Hindia yang saling menguatkan. Super posisi fenomena El Nino dan IOD positif tersebut menyebabkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia jauh lebih sedikit dari normalnya," kata dia.
Menurut dia, peralihan dari musim kemarau ke hujan umumnya berkaitan erat dengan peralihan angin timuran/Monsun Australia yang beralih menjadi angin baratan/Monsun Asia yang berasal dari arah benua Asia.
"Akhirnya diharapkan apabila angin itu berasal dari benua Asia yang membawa uap-uap air dari Samudera Pasifik di sekitar Asia, maka diharapkan akan segera memberikan awan-awan hujan dan mendatangkan musim hujan di Kepulauan Indonesia," kata dia.
Dari hasil analisis BMKG, angin timuran yang berasal dari Australia diprediksi masih tetap aktif hingga November 2023 terutama di Indonesia bagian selatan yang paling dekat dengan Australia. Sementara angin baratan diprediksi akan datang lebih lambat dari normalnya.
Ia menjelaskan beberapa wilayah yang dekat dengan benua Asia sudah lebih dulu mendapat musim hujan, yakni sebagian besar Aceh yang dekat ke arah Asia, sebagian besar Sumatera Utara, Sumatera Barat bagian tengah, dan sebagian kecil Kepulauan Riau.
"Selanjutnya musim hujan akan terjadi di Sumatera bagian tengah dan selatan dan lalu secara hampir berurutan diikuti di Kalimantan, Jawa, kemudian secara bertahap akan mendominasi seluruh wilayah Indonesia pada periode Maret hingga April 2024," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023