Rejanglebong (Antara) - Harga jual beras lokal di tingkatan petani di Kabupaten Rejanglebong Provinsi Bengkulu, saat ini mengalami penurunan dari Rp160.000 menjadi Rp150.000 per kaleng ukuran 16 kilogram.

"Harga beras Talang Benih sekarang Rp150.000 per kaleng ukuran 16 kg atau per kilogramnya Rp9.375, harga ini turun dibandingkan sebulan lalu yang mencapai Rp160.000 per kaleng. Turunnya harga beras ini karena sekarang sedang musim panen padi," kata Tuti (50) salah seorang petani penggarap di Kelurahan Talang Benih Kecamatan Curup, Kamis.

Turunnya harga beras di tingkatan petani di daerah tersebut kata dia, masih dinilai wajar dan masih terbilang tinggi. Pada tahun-tahun sebelumnya beras asal daerah itu jenis IR-64 sempat turun di kisaran Rp130.000 per kaleng atau Rp8.125 per kg.

Sementara itu adanya penurunan harga jual beras di tingkatan petani di wilayah itu tambah dia, tidak berpengaruh terhadap pembayaran upah buruh tani terutama saat proses pemanenan seperti sekarang ini, dimana buruh tani yang mengerjakannya didominasi kaum perempuan, karena sistem pengupahannya dibayarkan dengan gabah.

"Semua yang jadi buruh tani di sini kaum ibu-ibu, mulai dari penyabitan, perontokan hingga penampian. Profesi ini sudah kami tekuni sejak puluhan tahun silam, walau pun hasilnya sedikit namun bisa membantu pemenuhan kebutuhan keluarga," kata Tuti.

Sistem pengupahan untuk buruh tani musiman ini dibayar dengan padi atau gabah kering panen dengan besaran enam berbanding satu (6:1), enam kaleng untuk pemilik lahan dan satu kaleng untuk kelompok yang membantu proses pemanenan yang biasanya beranggotakan lima sampai enam orang.

Sedangkan menurut Darmi (55) buruh tani perempuan lainnya menyebutkan, dirinya telah menekuni profesi buruh tani sebagai usaha sampingan selain menjadi petani kopi. Untuk setengah hektare lahan yang mereka kerjakan, jika tidak diserang hama penyakit bisa menghasilkan 125 kaleng dan mereka akan mendapatkan pembagian hingga 20 kaleng padi.

"Kalau sekarang kami tidak yakin untuk sawah setengah hektare ini bisa menghasilkan 125 kaleng, karena padinya banyak yang hampa akibat terserang mentek. Kami maunya hasil sawah ini banyak sehingga kami juga bisa dapat lebih banyak," ujarnya.

Untuk proses pemanenan lahan seluas setengah hektare ini, kaum buruh perempuan yang dikerahkan kata dia, mencapai 24 orang. Banyaknya buruh tani yang dikerahkan secara otomatis akan mempengaruhi pembagian hasil kerja sedangkan produksi padi tidak memenuhi target.

Sebelumnya serangan hama penyakit mentek menyerang puluhan hektare sawah petani di sentra penghasil beras di Kelurahan Talang Benih, serangan penyakit mentek ini ditandai dengan daun menguning dan malai padi tegak yang menandakan bulir padinya tidak berisi atau hampa.***3***

Pewarta: Oleh Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015