Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memaparkan sejumlah capaian transformasi sistem ketahanan kesehatan sebagai salah satu dari enam pilar transformasi kesehatan menjelang Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-53.
"Saya ingin melaporkan dalam tiga tahun terakhir Indonesia sudah menambah perusahaan pembuat vaksin dari satu menjadi tiga," katanya dalam acara Pameran Inovasi dan Teknologi Kesehatan dalam rangka HKN ke-59 yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Menkes menjelaskan ketiga perusahaan tersebut merupakan satu perusahaan negeri dan dua perusahaan swasta. Selain itu, penambahan perusahaan industri vaksin tersebut juga diikuti dengan penambahan teknologi dalam pembuatan vaksin.
"Teknologi pembuatan vaksin di dunia itu ada empat, yang kuno adalah yang berbasis virus dan protein itu yang dilakukan Biofarma. Ada yang modern berbasis vektor contohnya AstraZeneca, dan ada juga yang berbasis teknologi mRNA contohnya Pfizer, itu sebelumnya kita belum bisa bikin," tambahnya.
Kemudian, Menkes melanjutkan saat ini Indonesia juga telah menambah kapasitas produksi bahan baku obat dalam negeri. Sebelumnya, 90 persen bahan baku obat-obatan di Indonesia masih harus mengandalkan impor.
Mengatasi hal tersebut, ia menyebutkan pihaknya berupaya untuk membuat daftar 10 jenis bahan baku obat yang harus diimpor. Beberapa bahan baku yang sebelumnya harus diimpor adalah Paracetamol sebagai bahan baku obat demam, Clopidogrel sebagai bahan baku obat penyakit jantung, dan Atorvastatin sebagai bahan baku obat untuk mengatasi masalah kolesterol.
"Nah tiga obat ini contoh paling banyak kita impor, dulu kita laporkan bahan baku ini masih impor, sekarang saya laporkan bahwa sembilan dari sepuluh bahan baku ini sudah bisa kita produksi," ujarnya.
Lebih lanjut, Menkes menyebutkan saat ini pihaknya juga telah meningkatkan belanja alat kesehatan dan obat-obatan dalam negeri, dari sekitar Rp4,5 triliun pada 2020 silam menjadi lebih dari Rp9 triliun hingga Juli 2023 kemarin.
Transformasi sistem ketahanan nasional, kata Menkes, diilhami dari kejadian pandemi COVID-19 yang melanda dunia beberapa waktu yang lalu, di mana saat seluruh negara di dunia melakukan lockdown, namun masyarakat Indonesia belum mampu memperoleh akses terhadap obat-obatan dan vaksin.
"Oleh karena itu ke depannya kita ingin mengubah agar sistem ketahanan kesehatan kita, terutama yang berkaitan dengan obat-obatan, vaksin, dan juga alat-alat kesehatan yang esensial yang dibutuhkan oleh masyarakat bisa diproduksi dalam negeri, sehingga kalau ada lagi pandemi yang mengharuskan untuk lockdown kita gak usah bergantung dengan negara lain," tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
"Saya ingin melaporkan dalam tiga tahun terakhir Indonesia sudah menambah perusahaan pembuat vaksin dari satu menjadi tiga," katanya dalam acara Pameran Inovasi dan Teknologi Kesehatan dalam rangka HKN ke-59 yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Menkes menjelaskan ketiga perusahaan tersebut merupakan satu perusahaan negeri dan dua perusahaan swasta. Selain itu, penambahan perusahaan industri vaksin tersebut juga diikuti dengan penambahan teknologi dalam pembuatan vaksin.
"Teknologi pembuatan vaksin di dunia itu ada empat, yang kuno adalah yang berbasis virus dan protein itu yang dilakukan Biofarma. Ada yang modern berbasis vektor contohnya AstraZeneca, dan ada juga yang berbasis teknologi mRNA contohnya Pfizer, itu sebelumnya kita belum bisa bikin," tambahnya.
Kemudian, Menkes melanjutkan saat ini Indonesia juga telah menambah kapasitas produksi bahan baku obat dalam negeri. Sebelumnya, 90 persen bahan baku obat-obatan di Indonesia masih harus mengandalkan impor.
Mengatasi hal tersebut, ia menyebutkan pihaknya berupaya untuk membuat daftar 10 jenis bahan baku obat yang harus diimpor. Beberapa bahan baku yang sebelumnya harus diimpor adalah Paracetamol sebagai bahan baku obat demam, Clopidogrel sebagai bahan baku obat penyakit jantung, dan Atorvastatin sebagai bahan baku obat untuk mengatasi masalah kolesterol.
"Nah tiga obat ini contoh paling banyak kita impor, dulu kita laporkan bahan baku ini masih impor, sekarang saya laporkan bahwa sembilan dari sepuluh bahan baku ini sudah bisa kita produksi," ujarnya.
Lebih lanjut, Menkes menyebutkan saat ini pihaknya juga telah meningkatkan belanja alat kesehatan dan obat-obatan dalam negeri, dari sekitar Rp4,5 triliun pada 2020 silam menjadi lebih dari Rp9 triliun hingga Juli 2023 kemarin.
Transformasi sistem ketahanan nasional, kata Menkes, diilhami dari kejadian pandemi COVID-19 yang melanda dunia beberapa waktu yang lalu, di mana saat seluruh negara di dunia melakukan lockdown, namun masyarakat Indonesia belum mampu memperoleh akses terhadap obat-obatan dan vaksin.
"Oleh karena itu ke depannya kita ingin mengubah agar sistem ketahanan kesehatan kita, terutama yang berkaitan dengan obat-obatan, vaksin, dan juga alat-alat kesehatan yang esensial yang dibutuhkan oleh masyarakat bisa diproduksi dalam negeri, sehingga kalau ada lagi pandemi yang mengharuskan untuk lockdown kita gak usah bergantung dengan negara lain," tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023