Bengkulu (Antara) - Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu mencatat sebanyak 40 persen petani yang menanam komoditas sawit di daerah itu masih menggunakan bibit asalan dengan produktivitas dan kualitas buah rendah.

"Pemakaian bibit asalan masih tinggi mencapai 40 persen, karena itu petani perlu mewaspadai peredaran bibit palsu," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ricky Gunarwan di Bengkulu, Jumat.

Ia mengatakan penggunaan bibit asalan yang masih tinggi membuat pemerintah daerah setempat menyediakan bibit sawit unggul yang dibagi secara gratis kepada petani setempat.

Pada 2015 pengadaan bibit unggul sawit dialokasikan sebanyak 42 ribu batang yang dibagikan kepada petani di Kabupaten Bengkulu Tengah, Seluma dan Kaur.

Pendistribusian bibit tersebut masih menggunakan mekanisme penyaluran melalui kelompok tani.

"Syaratnya petani harus tergabung dalam kelompok tani, lahan milik sendiri dengan luas lahan tidak lebih dari dua hektare," tambahnya.

Permintaan bibit dari kelompok tani agar disampaikan ke Dinas Perkebunan kabupaten, lalu setelah verifikasi akan dilanjutkan ke provinsi.

Selain pengadaan bibit unggul, pemerintah pusat melalui dana APBN juga meremajakan seluas 250 hektare sawit petani.

"Penggantian karet dari APBN ini dibantu hingga pengadaan pupuk dan pestisida," katanya.

Ia mengatakan untuk mengatasi penggunaan bibit asalan, pihaknya dengan aparat kepolisian juga terus meningkatkan razia bibit palsu.

Belum lama ini kata Ricky pihaknya diminta menjadi saksi ahli kasus penjualan bibit sawit palsu di Kabupaten Kaur dan Mukomuko.

Karena itu petani diminta waspada terhadap peredaran bibit sawit palsu sebab perbedaan sawit asalan dengan kualitas baik baru diketahui saat tanaman tersebut menghasilkan buah.***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015