Sejarawan dan Pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI) Asep Kambali menyarankan pemasangan panel informasi sejarah di tempat publik di Jakarta, guna memperkuat wisata budaya di ibukota.
"Misalnya Patung Jenderal Sudirman dan Patung M.H Thamrin, dua-duanya keren, tapi kita mau belajar tentang patung itu agak sulit. Makanya nanti coba Disbud mulai bikin panel di halte-halte, siapa Sudirman dan H.H Thamrin," kata Asep dalam diskusi daring tentang kebudayaan, Jumat.
Menurut Asep, kekuatan wisata budaya terletak pada kekuatan bernarasi atau story telling. Oleh karena itu, panel-panel berisi informasi sejarah di tempat publik akan sangat membantu masyarakat dan wisatawan untuk lebih mengenali dan memahami sejarah di Jakarta.
Di zaman sekarang, kata dia, kekuatan bernarasi tak harus selalu mengandalkan pemandu sebab hal tersebut juga dapat diperoleh dengan memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang.
"Kan ada Google Lens, di situ kita bisa pindai (scan) patungnya akan keluar sejarahnya. Jadi wisata juga harus kekinian," ujar Asep.
Kekuatan bernarasi itu, menurut Asep, juga dapat diterapkan di museum-museum sehingga Asep juga gairah masyarakat terutama anak muda untuk datang ke museum dapat terus meningkat.
Padahal, kata dia, berkunjung ke museum merupakan wisata budaya yang paling mudah dilakukan sebab di dalamnya sudah tersaji lengkap informasi, foto, bahkan pemandu.
Asep bercerita bahwa berdasarkan pengalamannya yang pernah tergabung dalam Tim Penilai Standarisasi Museum Direktorat Cagar Budaya dan Museum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2017, mayoritas museum di Indonesia masih perlu peningkatan dari berbagai sisi.
Meski begitu, menurut Asep, hal paling sederhana untuk membangkitkan minat masyarakat mengunjungi museum adalah dengan memaksimalkan apa yang dimiliki masing-masing museum.
"Misalnya Museum M.H. Thamrin yang sangat keren, kenapa buat publik enggak keren? Karena kita belum bisa (memaksimalkan) narasinya tentang apa yang diperjuangkan dan dikorbankan M.H Thamrin, seorang yang memperjuangkan sanitasi dan kebersihan salah satunya PDAM," tutur Asep.
Selain itu, Asep mengatakan perlu juga bagi Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan bekerja sama agar sekolah-sekolah rutin melakukan karyawisata ke museum.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023
"Misalnya Patung Jenderal Sudirman dan Patung M.H Thamrin, dua-duanya keren, tapi kita mau belajar tentang patung itu agak sulit. Makanya nanti coba Disbud mulai bikin panel di halte-halte, siapa Sudirman dan H.H Thamrin," kata Asep dalam diskusi daring tentang kebudayaan, Jumat.
Menurut Asep, kekuatan wisata budaya terletak pada kekuatan bernarasi atau story telling. Oleh karena itu, panel-panel berisi informasi sejarah di tempat publik akan sangat membantu masyarakat dan wisatawan untuk lebih mengenali dan memahami sejarah di Jakarta.
Di zaman sekarang, kata dia, kekuatan bernarasi tak harus selalu mengandalkan pemandu sebab hal tersebut juga dapat diperoleh dengan memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang.
"Kan ada Google Lens, di situ kita bisa pindai (scan) patungnya akan keluar sejarahnya. Jadi wisata juga harus kekinian," ujar Asep.
Kekuatan bernarasi itu, menurut Asep, juga dapat diterapkan di museum-museum sehingga Asep juga gairah masyarakat terutama anak muda untuk datang ke museum dapat terus meningkat.
Padahal, kata dia, berkunjung ke museum merupakan wisata budaya yang paling mudah dilakukan sebab di dalamnya sudah tersaji lengkap informasi, foto, bahkan pemandu.
Asep bercerita bahwa berdasarkan pengalamannya yang pernah tergabung dalam Tim Penilai Standarisasi Museum Direktorat Cagar Budaya dan Museum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2017, mayoritas museum di Indonesia masih perlu peningkatan dari berbagai sisi.
Meski begitu, menurut Asep, hal paling sederhana untuk membangkitkan minat masyarakat mengunjungi museum adalah dengan memaksimalkan apa yang dimiliki masing-masing museum.
"Misalnya Museum M.H. Thamrin yang sangat keren, kenapa buat publik enggak keren? Karena kita belum bisa (memaksimalkan) narasinya tentang apa yang diperjuangkan dan dikorbankan M.H Thamrin, seorang yang memperjuangkan sanitasi dan kebersihan salah satunya PDAM," tutur Asep.
Selain itu, Asep mengatakan perlu juga bagi Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan bekerja sama agar sekolah-sekolah rutin melakukan karyawisata ke museum.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2023