Sampit, Kalteng (Antara) - Masih adanya sekolah yang melaksanakan masa orientasi sekolah yang mengarah pada tindakan perploncoan, menjadi sorotan praktisi pendidikan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

"Sudah tidak zamannya lagi MOS menggunakan sistem plonco. Itu tidak positif. Yang ada malah menanamkan dendam dan akan berlanjut ke siswa baru berikutnya," kata HM Thamrin Noor, praktisi pendidikan Kotim ditemui di Sampit, Jumat.

Dia mengatakan, kegiatan pengenalan lingkungan sekolah seperti itu lebih baik diganti dengan kegiatan yang lebih bermanfaat dan positif bagi pengembangan pola pikir siswa baru di sekolah ini.

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sampit ini menyarankan, MOS lebih diarahkan pada pembinaan karakter dan mental. Ini sangat penting agar siswa lebih memahami bagaimana seharusnya sikap seorang pelajar yang baik.

Salah satu hal yang perlu ditanamkan kepada para siswa adalah pentingnya kejujuran. Kejujuran akan sangat berpengaruh terhadap perilaku mereka sejak anak-anak bahkan hingga saat bertugas dengan profesi masing-masing saat dewasa nanti.

"MOS ini jadi momen yang pas untuk memberi pemahaman kepada siswa. Kalau sudah bisa bersikap jujur, insya Allah akan baik bagi mereka ke depannya," sambung Thamrin.

Thamrin berharap pola perploncoan ditinggalkan karena hanya akan menimbulkan dampak negatif. Korban jiwa yang pernah terjadi di beberapa daerah, seharusnya menjadi pengalaman dan pelajaran berharga agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

Sementara itu, sejumlah sekolah masih menggelar MOS dengan pola lama. Meski sudah menghindari kegiatan yang menguras fisik, namun penggunaan atribut-atribut aneh masih saja mewarnai jalannya MOS sehingga selalu menjadi sorotan. ***4***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015