Rejanglebong (Antara) - Kalangan petani karet di Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, mengeluhkan penurunan harga komoditas yang menjadi andalan daerah itu.

"Saat ini, harga karet di tingkat petani tidak pernah naik, untuk harga karet harian hanya dihargai Rp4.000 per kg, kemudian karet bulanan Rp6.000 per kg," kata Gusti Mensyah, salah satu petani karet, di Desa Sukamerindu, Kecamatan Kota Padang, Rejanglebong, Rabu.

Rendahnya harga jual harga karet di daerah itu, kata dia, tidak sebanding dengan pemenuhan kebutuhan bahan pokok masyarakat.

Harga beras di wilayah Kota Padang saat ini untuk kualitas rendah sudah mencapai Rp9.000 per kg, sedangkan kualitas bagus Rp10.000 sampai Rp12.000 per kg.

Selain harga beras yang terus naik tambah dia, juga diikuti kebutuhan pokok lainnya seperti gula, minyak goreng, dan lauk-pauk lainnya.

"Pendapatan petani saat ini paling tinggi Rp30.000 per hari dengan hitungan getah karet yang bisa dihasilkan per harinya paling banyak lima kg, sedangkan sebelumnya saat belum musim kemarau dan musim gugur daun getah karet yang dihasilkan per hektarenya mencapai 15 kg per hari," ujarnya.

Sementara itu, menurut Syahrul Rasid, anggota DPRD Rejanglebong Dapil IV meliputi Kota Padang, Padang Ulak Tanding, dan Binduriang, mayoritas masyarakat di ketiga daerah itu merupakan petani karet dan sebagian lagi petani kopi.

"Rendahnya harga jual karet ini jelas berpengaruh terhadap kondisi keamanan dan kesejahteraan masyarakat, karena sektor ini merupakan mata pencaharian utama masyarakat," katanya.

Sementara itu produksi karet yang dihasilkan dari tiga kecamatan itu, kata dia, per bulannya mencapai 80 ton, dengan lokasi pemasaran di pedagang pengumpul dalam masing-masing kecamatan, kemudian dipasarkan ke Kota Lubuklinggau dan Palembang Provinsi Sumsel serta Kota Bengkulu.***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015