Jambi (ANTARA Bengkulu) - Sekitar 350 anak rimba atau suku anak dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi mengikuti sekolah atau kelas jauh yang diselenggarakan organisasi pemerhati orang rimba bersama pemerintah setempat.

Ade Chandra, asisten Koordinator Proyek Bukit Duabelas, Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Jambi, Jumat,  mengatakan, total orang rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) 1.689 orang dan 600 orang diantaranya adalah anak-anak yang sudah mulai mau belajar membaca dan menulis.

"Sebanyak 350 orang diantaranya sudah bisa membaca dan menulis melalui program kelas jauh," ujarnya.

Menurut Ade, proses pendekatan terhadap orang rimba Jambi tergolong lama sejak sepuluh tahun terakhir. Bahkan, untuk mengajak orang rimba mau belajar secara intensif baru bisa dilakukan dalam waktu tiga tahun belakangan.

Meski sudah ada beberapa orang rimba yang mau belajar, tidak bisa dilakukan layaknya sekolah biasa. Pertemuan belajar dan mengajar baru bisa dilakukan rutin dua kali dalam sepekan.

"Itupun tempat belajarnya kami sediakan khusus yang posisinya tidak didalam hutan dan tidak juga berada dikawasan pemukiman penduduk umum. Jadi berada ditengah tengah," jelasnya.

Khusus anak rimba yang tengah masuk program pendidikan KKI Warsi di TNBD Jambi, di Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Tebo, antara lain di Bukit Suban, Terap dan Kecamatan Muara Tabir.

"Kendala lain adalah stigma di tengah masyarakat umum yang menganggap orang rimba itu sulit, karena berbagai alasan mistik maupun yang lainnya. Inilah kenapa, jarang sekali ada tenaga guru yang mau mengajar khusus bagi anak rimba Jambi," jelasnya.

 Ia menyebutkan, khusus di TNBD baru ada sembilan orang guru yang terdiri atas tiga orang KKI Warsi dan selebihnya dari guru sekolah maupun orang rimba sendiri.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun, Thabaroni mengakui banyak kendala khususnya mencari tenaga guru yang mau mengajar orang rimba karena lokasinya di tengah hutan.

"Apalagi kebanyakan orang rimba hidupnya nomaden. Jadi cukup sulit," ujarnya.

Untuk mengatasi hal itu, kata dia, Dinas Pendidikan Kabupaten Sarolangun telah menunjuk beberapa sekolah dasar yang bisa dijadikan kelas jauh bagi komunitas orang rimba.

Diantaranya ada di Kecamatan Air Hitam, Suban dan Pematang Limun. Dimana ketiga daerah itu tepat berbatasan langsung dengan kawasan orang rimba di daerah itu.

Untuk memancing orang rimba bisa belajar, Dinas Pendidikan Sarolangun menyiasatinya dengan membagi bagikan buku maupun pakaian.

Dengan upaya itu diharapkan orang rimba bisa lebih sering membaur dalam upaya peningkatan pendidikan dan lebih mau untuk belajar.

"Kami saat ini juga tengah mencari tenaga guru yang mau mengajar khusus bagi orang rimba dengan insentif Rp750 ribu per bulan. Salah satunya dengan menerapkan kelas jauh. Bahkan khusus untuk tingkat SD tahun ini sudah ada sekitar 25 anak rimba bisa mengikuti ujian nasional," tambah Ade Chandra. (ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012