Pertamina akan menggarap proyek eksplorasi migas di Malaysia yakni di lapangan SK510 yang diperkirakan mempunyai potensi cadangan hidrokarbon dalam jumlah besar (big fish).
Proyek ini dilakukan secara kolaborasi termasuk dengan Petronas, perusahaan energi negeri jiran.
"Ukurannya termasuk big fish di Malaysia. Kaya akan minyak dan gas. Bagian dalam ada gas dan yang dangkal minyak," kata Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng pada acara Media Gathering PHE di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu.
Dari perkiraan awal, lanjut Muharram, cadangan di Blok SK 510 tersebut diperkirakan mencapai 6,6 triliun cubic feet (TCF) gas.
Potensi cadangan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk transisi energi ke gas. "Kita kan harapannya transisi energi ke gas," ujar Muharram.
Ekspansi Pertamina ke Malaysia itu melalui PT Pertamina Malaysia Eksplorasi Produksi (PMEP) yang bersama mitra berhasil memenangkan lelang blok migas eksplorasi SK510 pada Januari tahun ini.
Pemegang participating interest (PI) dalam Blok SK510 terdiri atas Petronas Carigali Sdn. Bhd. yang berlaku sebagai operator dengan PI sebesar 40 persen, PMEP dan Inpex Malaysia E&P SK510 Sdn. Bhd masing-masing memiliki PI sebesar 25 persen, dan Petroleum Sarawak Exploration & Production Sdn. Bhd memiliki 10 persen PI yang tersisa.
Blok SK510 mencakup area kerja seluas 1.864 km2 yang berlokasi di lepas pantai Sarawak, Malaysia yang masuk dalam portofolio pengelolaan aset hulu PHE, selaku Subholding Upstream Pertamina.
Muharram menegaskan eksplorasi cadangan minyak dan gas harus terus dilakukan demi menjaga ketahanan energi nasional. PHE sendiri akan terus melakukan eksplorasi cadangan migas secara masif dan agresif.
Menurut dia, persoalan migas bukan persoalan ekonomi semata, tapi bagian dari strategi keberlanjutan suatu bangsa. Sebab jika mengacu perang Rusia-Ukraina, terlihat bagaimana rentannya Eropa saat pasokan gas dari Rusia disetop.
Dari kaca mata Indonesia, kebutuhan akan energi fosil minyak bumi pada 2050 diperkirakan masih tinggi, mencapai 24 persen atau 240 MTOE dari estimasi kebutuhan energi nasional sebesar 1.000 mega ton oil ekuivalen (MTOE).
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Proyek ini dilakukan secara kolaborasi termasuk dengan Petronas, perusahaan energi negeri jiran.
"Ukurannya termasuk big fish di Malaysia. Kaya akan minyak dan gas. Bagian dalam ada gas dan yang dangkal minyak," kata Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng pada acara Media Gathering PHE di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu.
Dari perkiraan awal, lanjut Muharram, cadangan di Blok SK 510 tersebut diperkirakan mencapai 6,6 triliun cubic feet (TCF) gas.
Potensi cadangan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk transisi energi ke gas. "Kita kan harapannya transisi energi ke gas," ujar Muharram.
Ekspansi Pertamina ke Malaysia itu melalui PT Pertamina Malaysia Eksplorasi Produksi (PMEP) yang bersama mitra berhasil memenangkan lelang blok migas eksplorasi SK510 pada Januari tahun ini.
Pemegang participating interest (PI) dalam Blok SK510 terdiri atas Petronas Carigali Sdn. Bhd. yang berlaku sebagai operator dengan PI sebesar 40 persen, PMEP dan Inpex Malaysia E&P SK510 Sdn. Bhd masing-masing memiliki PI sebesar 25 persen, dan Petroleum Sarawak Exploration & Production Sdn. Bhd memiliki 10 persen PI yang tersisa.
Blok SK510 mencakup area kerja seluas 1.864 km2 yang berlokasi di lepas pantai Sarawak, Malaysia yang masuk dalam portofolio pengelolaan aset hulu PHE, selaku Subholding Upstream Pertamina.
Muharram menegaskan eksplorasi cadangan minyak dan gas harus terus dilakukan demi menjaga ketahanan energi nasional. PHE sendiri akan terus melakukan eksplorasi cadangan migas secara masif dan agresif.
Menurut dia, persoalan migas bukan persoalan ekonomi semata, tapi bagian dari strategi keberlanjutan suatu bangsa. Sebab jika mengacu perang Rusia-Ukraina, terlihat bagaimana rentannya Eropa saat pasokan gas dari Rusia disetop.
Dari kaca mata Indonesia, kebutuhan akan energi fosil minyak bumi pada 2050 diperkirakan masih tinggi, mencapai 24 persen atau 240 MTOE dari estimasi kebutuhan energi nasional sebesar 1.000 mega ton oil ekuivalen (MTOE).
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024