Bengkulu (Antara) - Sejumlah aktivis lingkungan, seniman dan para mahasiswa yang bergabung dalam Gerakan Masyarakat Melawan Asap (Gema) membuka posko "Bengkulu Melawan Asap" di Kantor Walhi Bengkulu, sebagai pusat informasi tentang kebakaran hutan dan dampaknya serta pengaduan publik tentang dampak kabut asap.

Koordinator Posko, Feri Van Dalis saat pembukaan posko tersebut mengatakan gerakan melawan asap itu juga sebagai solidaritas terhadap masyarakat di wilayah yang terdampak parah yakni Sumatera Selatan, Riau dan Jambi.

"Kami mengajak seluruh masyarakat melawan asap dengan cara menghindari pembakaran lahan dan hutan serta melaporkan pembakar lahan," katanya.

Ia juga menyerukan kepada pemerintah agar lebih serius mengatasi malapetaka asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di wilayah Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Pihaknya mendesak pemerintah menetapkan status bencana nasional dalam penanganan dampak kabut asap yang membuat ratusan ribu warga terserang infeksi saluran pernapasan akut.

"Bahkan sudah ada korban jiwa, tapi pemerintah masih ngotot belum bencana nasional. Apakah menunggu lebih banyak korban?" tanyanya.

Khusus di Bengkulu menurut Feri, kebakaran hutan dan lahan masih terkendali sehingga sebagian besar asap yang masuk ke wilayah ini merupakan kiriman dari Jambi dan Sumatera Selatan.

Namun, bukan tidak mungkin bencana asap yang melanda tiga provinsi itu dapat terjadi di daerah ini bila tidak ada pengawasan terhadap aktivitas perkebunan dan masyarakat yang lalai atau bahkan sengaja membakar lahan.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Bengkulu, Jusrian Sobara Orpayanda yang turut dalam aksi singkat pembukaan posko tersebut mengatakan pemerintah harus segera menetapkan penanganan kabut asap sebagai bencana nasional.***4***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015