Festival Tabot 2015 di Kota Bengkulu telah berakhir beberapa hari lalu dengan sukses. Acara ini dihadiri ratusan ribu pengunjung selama 10 hari, mulai 1 Muharam 1437 Hijriah atau 14 Oktober 2015.

Ajang wisata berbalut kebudayaan dan religi tersebut menggelar berbagai acara seni, budaya, dan keagamaan. Namun, pada setiap kegiatan wisata tahunan itu selalu timbul pertanyaan apakah Festival Tabot bisa menarik minat wisatawan asing untuk datang ke Bengkulu?

Selama ini festival yang dilaksanakan setiap awal tahun baru Islam tersebut hanya selalu dijejali wisatawan lokal yang berasal dari Kota Bengkulu dan sekitarnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Bengkulu Bujang H.R. menilai Festival Tabot 2015 belum mampu menarik minat wisatawan nusantara atau bahkan mancanegara.

"Harus kami akui yang datang ke acara ini baru masyarakat kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu saja," kata Bujang.

Walaupun penyelenggaraan fastival digelar di Kota Bengkulu, Pemerintah Kota Bengkulu baru kebagian pengelolaan pasar rakyat saja, padahal relatif banyak kegiatan lainnya.

"Pada tahun selanjutnya, kami akan berkoordinasi dengan provinsi bagaimana mengelola rangkaian kegiatan sehingga menarik minat wisatawan nusantara, bahkan turis asing," katanya.

Meurut dia, paket wisata tidak lepas dari beberapa unsur penting yang saling terkait. Selain itu, membutuhkan peningkatan maupun percepatan pertumbuhan demi menggaet wisatawan.

Pengamat transportasi dan kebijakan publik Universitas Bengkulu Hardiansyah menyebutkan unsur penting tersebut, yakni transportasi, kebijakan publik daerah terkait dengan perizinan, infrastruktur, serta pengelolaan hotel dan kuliner.

"Orang bepergian, baik dalam rangka wisata maupun dinas, menginginkan kenyamanan," katanya.

Artinya, lanjut dia, harus ada pelayanan sesuai ekspektasi pengguna jasa trasportasi. Pelabuhan harus direvitalisasi, begitu juga dengan bandara agar mampu melayani penerbangan domestik dan internasional.

Untuk perizinan usaha, dia berharap para investor mendapatkan kemudahan serta waktu pengurusan yang ringkas, termasuk yang berkaitan langsung dengan sektor pariwisata.

"Bukan dimudah-mudahkan, melainkan tidak berbelit, pengurusan satu pintu dan tidak memakan waktu," kata dia.

Dari sisi infrastruktur, yang paling penting yakni penyediaan suplai listrik, air bersih, perbaikan jalan, dan perbaikan lokasi wisata.

Empat unsur penting dari infrastruktur itu menurut Hardiansyah masih jauh dari standar wisata yang layak dikunjungi turis.

"Kita tidak perlu berbicara promosi. Jika infrastruktur sudah bagus, yakinlah wisatawan akan berdatangan," katanya.

Mengupayakan daerah atau kegiatan wisata agar layak dikunjungi, menurut dia, bukanlah semata mengutamakan atau mengistimewakan turis asing.

Ia menilai pelancong mancanegara menghabiskan biaya besar untuk mengunjungi Bengkulu dengan harapan mendapat kepuasan. Apabila mereka kecewa, hal tersebut akan merugikan pariwisata Bengkulu sendiri.

Begitu pula, kuliner dan perhotelan di Bengkulu, menurut dia, pihak pengelola harus bertindak profesional dalam menawarkan jasa.

"Makanan yang dihidangkan harus sesuai dengan menu yang ditawarkan. Yang menginap jangan dipindah-pindah kamarnya sesuka hati. Fasilitas yang didapat harus sesuai dengan yang dibayar," ujarnya.



Sejarah Tabot



Tabot merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW bernama Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan di Padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah atau 681 Masehi.

Perayaan Tabot di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh Syeh Burhanuddin yang dikenal Imam Senggolo pada tahun 1685. Kemudian, Imam Senggolo menikah dengan wanita Bengkulu hingga memiliki keturunan. Cucu dan keturunan Imam Senggolo tetap melakukan upacara Tabot hingga akhirnya mereka dikenal sebagai keluarga Tabot.

Mulanya, inti dari upacara Tabot adalah untuk mengenang upaya pemimpin Syiah, dan kaumnya mengumpulkan potongan tubuh Husein, mengarak dan memakamkannya di Padang Karbala.

Istilah Tabot sendiri berasal dari kata Arab Tabut yang secara harafiah berarti kotak kayu atau peti.

Di dalam Alquran kata Tabot dikenal sebagai sebuah peti yang berisikan kitab Taurat pada masa Nabi Musa. Bani Israil pada masa itu percaya bahwa mereka akan mendapatkan kebaikan bila Tabot ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka. Sebaliknya, mereka akan mendapatkan malapetaka bila benda itu hilang.

Hingga kini, tidak ada literatur khusus yang menuliskan kapan persisnya upacara Tabot mulai dikenal di Bengkulu. Namun, diduga kuat, tradisi yang merupakan upacara berkabung para penganut aliran Syiah ini dibawa oleh para pekerja yang membangun Benteng Marlborough (1718--1719) di Bengkulu. Para pekerja bangunan tersebut didatangkan oleh Inggris dari Madras dan Bengali, India yang kebetulan merupakan penganut Islam aliran Syiah.

Para pekerja yang dipimpin Imam Senggolo kemudian merasa cocok dengan pola hidup masyarakat Bengkulu, dan memutuskan tinggal dan mendirikan permukiman baru yang disebut Berkas, yang saat ini disebut Kelurahan Berkas, tempat Festival Tabot dipusatkan.

Saat ini upacara Tabot banyak mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Festival Tabot saat ini berisikan banyak kegiatan seni dan budaya, antara lain tari kreasi baru, pemilihan Putri Hijab, lomba rebana, arak sorban, komba mobil hias, dan diakhiri dengan Tabot Tebuang.

Selain itu, tempat pelaksanaan Tabot di Lapangan Merdeka juga dipenuhi penjual yang menawarkan jajanan dan aneka pernak-pernik khas Tabot, serta berbagai wahana permainan sehingga kondisinya mirip pasar malam.



Menarik Wisatawan



Kini, Festival Tabot yang sudah menjadi identitas Kota Bengkulu terus dilestarikan dan akan diisi berbagai kegiatan khas daerah yang mampu menarik tidak hanya turis lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara.

Deputi Pengembangan dan Pemasaran Nusantara pada Kementerian Pariwisata Esti Reko Astuti saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Festival Tabot mengatakan bahwa promosi berperan penting untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke Bengkulu.

"Kami siap membantu promosi festival ini untuk mendukung destinasi pariwisata di Bengkulu," katanya.

Ia mengatakan bahwa kegiatan kebudayaan berbalut religi dari Bengkulu ini perlu dilestarikan. Selain pelestarian, juga pemanfaatan sebagai daya tarik wisata ke Bengkulu.

Esti mengatakan bahwa panitia festival perlu mengangkat nilai kelokalan sehingga menarik bagi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Sesuai dengan data Badan Pusat Statistik, tercatat jumlah wisatawan asing ke Provinsi Bengkulu pada tahun 2014 sebanyak 900 orang dan wisatawan nusantara mencapai 300.000 orang.

Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengatakan bahwa Festival Tabot yang digelar setiap tahun telah menjadi identitas Bengkulu dan sudah didaftarkan sebagai warisan budaya takbenda asal Bengkulu.

"Karena sudah menjadi identitas, kewajiban kita bersama-sama untuk melestarikannya," katanya.

Festival yang digelar selama 10 hari tersebut diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisata ke Bengkulu. Namun, dari ratusan ribu pengunjung Festival Tabot selama 10 hari tersebut, masih susah menjumpai pengunjung berhidung mancung, berkulit putih, dan berambut pirang, atau mereka terhalang oleh saking banyaknya wisatawan lokal.***1***

Pewarta: Riski Maruto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015