Bengkulu (Antara) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengekspos kekayaan keanekaragaman hayati Pulau Enggano kepada masyarakat adat Enggano dan pemerintah daerah Bengkulu dalam Simposium Enggano 2015 di Kota Bengkulu.
Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain saat menyampaikan sambutannya dalam pembukaan simposium itu, di Kota Bengkulu, Senin mengatakan banyak temuan dari hasil ekspedisi Widya Nusantara di pulau terdepan yang masuk dalam wilayah Provinsi Bengkulu itu.
"Banyak spesies flora dan fauna baru yang ditemukan dari ekspedisi Widya Nusantara di Pulau Enggano," katanya.
Menurut dia, Ekspedisi Enggano melibatkan peneliti lintas satuan kerja dari Pusat Penelitian Biologi, Pusat Penelitian Bioteknologi, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, dan Pusat Penelitian Biomaterial.
Penelitian yang berlangsung selama 20 hari pada Maret 2015 itu telah mengungkap kekayaan hayati pulau berpenghuni di perairan Samudera Hindia itu.
"Pulau Enggano sangat unik karena tidak pernah menyatu dengan Pulau Sumatera, karena itu kekayaan keanekaragaman hayatinya juga sangat tinggi," katanya.
Para peneliti kata dia meyakini telah mengidentifikasi 14 spesies flora dan fauna baru dari Ekspedisi Widya Nusantara 2015 di Pulau Enggano.
Hasil temuan tersebut menurut dia masih bisa bertambah, sebab sejumlah flora dan fauna yang ditemukan di pulau terdepan Indonesia yang menghadap langsung Samudera Hindia tersebut masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
"Ada jenis jahe-jahean spesies baru, jenis ikan tawar, hingga burung dan ular yang muncul kembali setelah ratusan tahun tidak terdokumentasi," ucapnya.
Hasil penelitian yang sudah diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara dan Pemerintah Provinsi Bengkulu itu lanjut Iskandar diharapkan menjadi data penting untuk pengambilan kebijakan dalam pembangunan Pulau Enggano.
Kepala Suku Kauno, salah satu dari enam suku di pulau tersebut, Mulyadi Kauno mengatakan hasil penelitian tersebut menambah informasi bagi masyarakat untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di pulau itu.
"Beberapa tanaman dan satwa bahkan baru kami ketahui ada di Enggano setelah melihat hasil penelitian ini," ucapnya.
Ia mengatakan bahwa masyarakat adat di pulau itu berkomitmen menjaga kelestarian kekayaan keanekaragaman hayati yang ada di pulau itu.
Pulau Enggano merupakan pulau terluar berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu. Luas daratan pulau itu mencapai 40 ribu hektare yang didiami 2.800 jiwa dengan lima suku asli yakni Kauno, Kaharuba, Kaharubi, Kaahua dan Kaitora.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015
Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain saat menyampaikan sambutannya dalam pembukaan simposium itu, di Kota Bengkulu, Senin mengatakan banyak temuan dari hasil ekspedisi Widya Nusantara di pulau terdepan yang masuk dalam wilayah Provinsi Bengkulu itu.
"Banyak spesies flora dan fauna baru yang ditemukan dari ekspedisi Widya Nusantara di Pulau Enggano," katanya.
Menurut dia, Ekspedisi Enggano melibatkan peneliti lintas satuan kerja dari Pusat Penelitian Biologi, Pusat Penelitian Bioteknologi, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, dan Pusat Penelitian Biomaterial.
Penelitian yang berlangsung selama 20 hari pada Maret 2015 itu telah mengungkap kekayaan hayati pulau berpenghuni di perairan Samudera Hindia itu.
"Pulau Enggano sangat unik karena tidak pernah menyatu dengan Pulau Sumatera, karena itu kekayaan keanekaragaman hayatinya juga sangat tinggi," katanya.
Para peneliti kata dia meyakini telah mengidentifikasi 14 spesies flora dan fauna baru dari Ekspedisi Widya Nusantara 2015 di Pulau Enggano.
Hasil temuan tersebut menurut dia masih bisa bertambah, sebab sejumlah flora dan fauna yang ditemukan di pulau terdepan Indonesia yang menghadap langsung Samudera Hindia tersebut masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
"Ada jenis jahe-jahean spesies baru, jenis ikan tawar, hingga burung dan ular yang muncul kembali setelah ratusan tahun tidak terdokumentasi," ucapnya.
Hasil penelitian yang sudah diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara dan Pemerintah Provinsi Bengkulu itu lanjut Iskandar diharapkan menjadi data penting untuk pengambilan kebijakan dalam pembangunan Pulau Enggano.
Kepala Suku Kauno, salah satu dari enam suku di pulau tersebut, Mulyadi Kauno mengatakan hasil penelitian tersebut menambah informasi bagi masyarakat untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di pulau itu.
"Beberapa tanaman dan satwa bahkan baru kami ketahui ada di Enggano setelah melihat hasil penelitian ini," ucapnya.
Ia mengatakan bahwa masyarakat adat di pulau itu berkomitmen menjaga kelestarian kekayaan keanekaragaman hayati yang ada di pulau itu.
Pulau Enggano merupakan pulau terluar berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu. Luas daratan pulau itu mencapai 40 ribu hektare yang didiami 2.800 jiwa dengan lima suku asli yakni Kauno, Kaharuba, Kaharubi, Kaahua dan Kaitora.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015