Setelah musim kemarau panjang, masyarakat mulai menikmati turunnya hujan di sejumlah wilayah di Indonesia. Bencana kabut asap pun mulai berlalu.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa curah hujan akan normal meskipun fenomena El Nino masih ada hingga April 2016. Namun, pengaruh tersebut akan meluruh.

"Artinya, pada musim hujan El Nino tidak akan memberikan dampak yang signifikan," katanya.

Hal tersebut, tambah dia, merupakan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Tidak ada indikasi menguatnya La Nino yang akan menyebabkan hujan lebih basah," katanya.

Meskipun hujan normal, kata dia, banjir dan longsor diperkirakan akan tetap terjadi. Besar-kecilnya magnitudo banjir dan longsor dipengaruhi oleh hujan akibat dinamika atmosfer yang ada.

Ia menambahkan bahwa pola hujan di Indonesia memiliki tiga tipe, yakni ekuatorial, monsunal, dan lokal.

"Sebagian wilayah Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah memiliki tipe hujan monsunal, puncak hujan terjadi pada bulan Januari," katanya.

Ia memprakirakan banjir dan longsor akan banyak terjadi selama Desember 2015 hingga Februari 2016 dengan puncaknya pada bulan Januari 2016 di wilayah ini.

Sementara itu, di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua memiliki tipe hujan ekuatorial, puncak hujan pada bulan November hingga Desember.

"Maka, tidak aneh jika di wilayah ini sudah terjadi banjir dan longsor pada saat ini. Untuk Maluku dan Sorong Papua Barat memiliki tipe lokal dengan puncak hujan Juni hingga Juli," katanya.

Bencana banjir dan longsor, kata Sutopo, adalah bencana hidrometeorologi, di samping kekeringan, angin langkisau (puting beliung), cuaca ekstrem, serta kebakaran hutan dan lahan.

Faktor penyebab bencana hidrometeorologi adalah kombinasi antara alam dan antropogenik atau akibat ulah manusia.

Secara umum, kata dia, sekitar 95 persen bencana Indonesia didominasi oleh bencana hidrometeorologi.

"Wilayah Indonesia memang rawan banjir dan longsor. Berdasarkan peta bencana di Indonesia terdapat 315 kabupaten/kota yang berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari banjir dengan jumlah penduduk 61 juta jiwa di daerah tersebut," katanya.

Untuk longsor, kata dia, ada 274 kabupaten/kota yang berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari longsor dengan jumlah penduduk 40,9 juta jiwa di daerah tersebut.

"Banyak faktor yang menyebabkan banjir dan longsor. Bukan hanya hujan deras. Resultan dari dampak perubahan iklim global, perubahan penggunaan lahan, bertambahnya jumlah penduduk, urbanisasi, kemiskinan, kerentanan dan sebagainya yang menyebabkan banjir dan longsor meningkat," katanya.

Menurut data yang dihimpun BNPB, dampak bencana banjir dan longsor cukup besar.

Dalam kurun waktu 1815 hingga 2014 terdapat 8.501 kejadian banjir dan longsor yang menewaskan 31.432 orang, sebanyak 20,7 juta mengungsi dan menderita serta ratusan ribu rumah rusak.

Untuk itu, pemerintah mengimbau masyarakat untuk mewaspadai banjir dan longsor yang dikhawatirkan terjadi pada musim hujan.

Daerah rawan banjir meliputi sepanjang pantai timur Sumatra, jalur pantura, pesisir Kalimantan, daerah-daerah di sepanjang sungai, dan lainnya.

"Wilayah yang perlu memperoleh perhatian khusus banjir adalah Kota Medan; Riau, yakni Sungai Siak, Kampar, dan Rokan; Jambi, yakni Sungai Batanghari; Banten, yakni Sungai Ciujung, Ciliman, Cidurian, dan Cisadane," katanya.

Selain itu, wilayah Jakarta, yakni Sungai Ciliwung, Pesanggrahan, Angke; Jawa Barat, yakni Sungai Citarum, Cimanuk, dan Citanduy; Jawa Tengah, yakni Sungai Pemali, Comal, Jragung, Tuntang, Lusi, Serang, Juana, Serayu, Bogowonto, Citanduyi, dan Bengawan Solo; dan di wilayah Jawa Timur, yakni Sungai Bengawan Solo dan Duduk Sampeyan.

Sementara itu, daerah rawan longsor yang perlu meperoleh perhatian serius adalah daerah-daerah pegunungan dan perbukitan yang memiliki relatif banyak penduduk, di antaranya Bukit Barisan dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung. Wilayah Jawa bagian tengah dan selatan.

Di samping itu, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Papua, dan Sulawesi karena hampir sebagian besar wilayah memiliki topografi pegunungan yang berpotensi longsor dan banjir bandang.

Wilayah yang terancam dari bahaya lahar hujan adalah Gunung Sinabung, Gunung Merapi, Gunung Kelud, Gunung Semeru, Gunung Rokatenda, Gunung Lokon, Gunung Karangetang, dan Gunung Gamalama.

    
Antisipasi Bencana

Upaya mengurangi dampak dari bencana banjir dan longsor yang mungkin timbul, pemerintah telah menyiapkan sejumlah antisipasi.

Sutopo mengatakan bahwa pemerintah juga mengajak masyarakat untuk ikut waspada dan berperan aktif dalam upaya mitigasi bencana banjir dan longsor.

"Telah dipersiapkan Aksi Nasional Menghadapi Bencana Banjir dan Longsor Tahun 2015/2016," katanya.

Ia menjelaskan beberapa waktu lalu Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) telah menggelar rapat koordinasi tingkat kementerian, lembaga, dan kepala daerah untuk menanggulangi banjir dan longsor.

Strategi yang akan dilakukan, antara lain memperkuat koordinasi antarkementerian/lembaga.

Selain itu, sosialisasi akan dilakukan pada tingkat pusat dan daerah-daerah potensial berisiko banjir dan longsor oleh instansi terkait.

Dibuatkan pula Perencanaan kontinjensi dan Penyusunan Rencana Aksi Terpadu Nasional yang lebih perinci.

Pelatihan dan gladi lapangan dilaksanakan untuk melatih kesiapiagaan dan gelar kemampuan aparat serta sukarelawan penanggulangan bencana.

"Menyiapkan dan menginventarisasi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing lembaga dan memenuhi kekurangan logistik dan peralatan," katanya.

Ia menegaskan bahwa banjir dan longsor adalah tipe bencana yang "slow on set". Artinya, terjadi secara perlahan dan dapat dideteksi sehingga kesiapsiagaan bisa dilakukan oleh semua pihak.

"Untuk itu, antisipasi menghadapi banjir dan longsor harus ditingkatkan," katanya.

Pada saat ini, kata dia, BNPB masih melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait dalam menyempurnakan Aksi Nasional Menghadapi Bencana Banjir dan Longsor Tahun 2015/2016.

Kementerian/lembaga dan pemda, kata dia, telah melakukan upaya pengendalian banjir dan longsor sesuai dengan tupoksinya.

"Misalnya, Kementerian PU melakukan normalisasi sungai, pembangunan waduk, perbaikan tanggul dan pompa air; BNPB menyelenggarakan apel kesiapsiagaan dan simulasi banjir dan longsor. Kepala daerah telah mengeluarkan Surat Pernyataan Siaga Darurat Menghadapi Banjir dan Longsor, misalnya Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Purworejo," katanya.**4***

Pewarta: Wuryanti Puspitasari

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015