Bengkulu (Antara) - Badan Pusat Statistik peringatkan Provinsi Bengkulu terkait fenomena kenaikan produksi padi pada 2015 meskipun daerah ini mengalami kemarau hampir sepanjang tahun.

"Kenaikan tersebut bagai pisau bermata dua jika tidak ditanggapi serius oleh pemerintah daerah," kata Kepala BPS Provinsi Bengkulu Dodi Herlando di Bengkulu, Sabtu.

Dikatakan bagai pisau bermata dua karena kenaikan tersebut menjadi kabar baik di saat pemerintah pusat sedang menggenjot produsi pangan namun menjadi kabar buruk saat pemerintah daerah mengabaikan fenomena tersebut mengingat tingginya alih fungsi lahan.

"Pada musim kemarau, angka ramalan produksi padi meningkat, sedangkan lahan yang ditanam tidak sebanyak pada musim hujan," kata dia.

Pemerintah daerah dimmbau tidak terlena dengan kenaikan produksi, dan menilai produksi pangan pokok di daerah itu aman-aman saja.

"Produksi padi meningkat karena sebagian daerah bercocok tanam dengan cara optimalisasi, sehingga per hektare sawah hasilnya meningkat cukup signifikan," katanya.

Optimalisasi dimaksud adalah penggarapan sawah dengan teknologi pertanian, mulai dari persiapan lahan sampai penanaman dan pemeliharaan padi.

Lahan tanpa optimalisasi hanya mampu menghasilkan gabah kering giling (GKG) berkisar dua sampai tiga ton per hektare, sedangkan lahan yang telah dioptimalisasi mampu menghasilkan GKG hingga sembilan ton per hektare.

"Nah, ketika kita terlena dengan hasil optimalisasi, kita lupa banyak sawah beralih fungsi baik menjadi perkebunan maupun sektor properti," kata Dodi.

"Jika Provinsi Bengkulu mampu mempertahankan lahan dan bisa dioptimalisasi, kita yakin jumlah produksi padi mampu melebihi kebutuhan daerah," ujarnya.

Hasil gabah kering giling pada 2015 diramalkan sebesar 605.634 ton, jauh lebih tinggi dari angka tetap (ATAP) 2014 yang hanya 593.195 ton. ***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2015