Presiden Joko Widodo menyebut persoalan hak cipta bagi para seniman menjadi "pekerjaan rumah" besar yang harus diselesaikan.

Hal tersebut disampaikan Jokowi dalam arahannya pada acara Peresmian Peluncuran Digitalisasi Layanan Perizinan Penyelenggaraan Event, di Jakarta, Senin.

“Kita masih punya PR (pekerjaan rumah) besar juga, setelah ini (kemudahan perizinan) rampung, PR kita juga bagaimana agar hak cipta itu bisa berdampak pada para seniman, pencipta lagu dan lain-lainnya,” kata Presiden.

Baca juga: Jokowi: Perizinan ruwet, Indonesia ketinggalan konser Taylor Swift

Dia menekankan karya-karya seniman yang digunakan dalam sebuah acara, harus dipastikan dapat dirasakan dampaknya oleh para seniman itu sendiri.

“Kalau event-nya banyak tapi dampaknya tidak ke pencipta lagu, ke artisnya, ini juga tidak akan berdampak baik kepada para seniman kita,” kata dia.

Pada acara Peresmian Peluncuran Digitalisasi Layanan Perizinan Penyelenggaraan Event itu Presiden mengapresiasi kehadiran Online Single Submission (OSS) yang merupakan sistem perizinan terintegrasi, yang memudahkan dalam mendapatkan perizinan.

Presiden pun berharap digitalisasi perizinan yang diluncurkan bukan hanya berupa website layanan saja, melainkan betul-betul memberikan kemudahan pengurusan perizinan.

Baca juga: Relawan Jokowi Bogor Raya rayakan ulang tahun ke-63 Presiden RI

Presiden memberikan beberapa contoh kerumitan perizinan yang sempat terjadi dalam penyelenggaraan acara di Indonesia, seperti saat penyelenggaraan MotoGP Mandalika hingga konser musik internasional grup musik Coldplay.

Ia juga menyinggung tentang kesediaan musisi Taylor Swift tampil di Singapura, yang ditengarai karena kecepatan, kemudahan akses perizinan hingga keamanan di negara tersebut.

“Kita tahu yang baru saja diselenggarakan (konser) Taylor Swift di Singapura di Bulan Maret lalu. Diselenggarakan enam hari di Singapura, dan Singapura adalah satu-satunya negara ASEAN yang menyelenggarakan,” kata dia.

Presiden meyakini lebih dari separuh penonton konser Taylor Swift di Singapura itu merupakan orang Indonesia.  

“Karena penggemar Taylor Swift kalau kita lihat di Spotify itu, Indonesia itu 2,2 juta orang,” ujarnya. 

Baca juga: Presiden pastikan tak ada bansos untuk korban judi online

Kedatangan penonton Indonesia ke Singapura untuk menyaksikan penampilan Taylor Swift, kata dia, membuat aliran uang dari Indonesia justru masuk ke Singapura. 

Akibatnya Indonesia kehilangan potensi atas aliran uang, tidak hanya untuk pembayaran tiket, namun juga aliran uang untuk pembayaran hotel, konsumsi hingga transportasi.

“Kenapa sih selalu yang menyelenggarakan adalah Singapura? Ya karena kecepatan dalam melayani, mendatangkan artis-artis tadi. (Serta) Dukungan pemerintah, baik kemudahan akses, keamanan dan lainnya,” ujarnya.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga, Yashinta Difa Pramudya

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024