Bengkulu (Antara) - Masyarakat adat Enggano membangun enam rumah adat yang digunakan sebagai tempat bermusyawarah dan pertemuan adat, namun bisa disewakan untuk para wisatawan yang berwisata ke Pulau Enggano.

Ketua Suku Kaitora, Raffli Zen Kaitora di Bengkulu, Selasa, mengatakan rumah adat yang dibangun menggunakan dana pemerintah pusat itu sudah menyebar di lima dari enam desa di pulau terluar bergarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu itu.

"Selama ini hanya ada satu rumah adat milik Suku Kaitora yang kami pakai untuk pertemuan adat dan bisa dipakai suku lain," kata Raffli.

Pembangunan rumah adat bagi lima suku lainnya berasal dari angggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan senilai Rp480 juta melalui Yayasan Karya Enggano.

Pulau Enggano yang dihuni 2.800 jiwa penduduk terbagi menjadi lima suku asli yakni Kaitora, Kauno, Kaharuba, Kaahua dan Kaharubi.

Masyarakat adat setempat juga sangat terbuka dengan warga pendatang yang diberi nama suku tersendiri yakni suku Kamay.

Enam rumah adat sesuai dengan jumlah suku yang mendiami pulau terluar di tengah Samudera Hindia itu yakni rumah adat Suku Kamay atau warga pendatang di Desa Kahyapu.

Rumah adat Suku Kaaruba dibangun di Desa Kaana, rumah adat Suku Kaharubi di Desa Malakoni, rumah adat Suku Kaahua di Desa Apoho dan rumah adat Suku Kauno dan Kaitora di Desa Meok.

Rumah adat yang dibangun baru ada lima, sedangkan rumah adat Suku Kaitora yang selama ini memang sudah berdiri hanya direhab, kata dia.

Rumah adat Enggano berbentuk rumah panggung dua lantai setinggi enan meter dengan bentuk bangunan bulat atau melingkar perukuran 8 x 8 meter.

Raffli mengatakan bahwa pengelolaan rumah adat yang bisa menjadi rumah tinggal sementara dengan kapasitas 10 orang itu diserahkan ke masing-masing lembaga adat.

"Kami berharap rumah adat ini bisa menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan adat yang bisa mendukung pariwisata di Pulau Enggano," ucapnya.

Pulau Enggano yang berada di tengah-tengah Samudera Hindia merupakan pulau terluar berpenghuni yang dapat diakses dengan kapal laut dan pesawat terbang.

Di pulau yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara itu terdapat dua dermaga yakni di Desa Kahyapu untuk sandar kapal feri Pulo Tello dan dermaga Desa Malakoni untuk sandar kapal perintis.

Sedangkan transportasi udara dilayani pesawat perintis dari Susi Air dengan jadwal dua kali dalam sepekan melalui bandara perintis di Desa Banjarsari.***1***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016