Percobaan pembunuhan mantan presiden AS Donald Trump dalam kampanye di Pennsylvania, pada Sabtu (13/7), telah menjerumuskan AS ke dalam "babak gelap kekerasan politik", menurut analisis CNN.
Ketika AS menghadapi ketegangan yang mengakar, serangan itu kembali mengungkap masa lalu demokrasi AS yang penuh kekerasan.
Trump terkena tembakan di telinga kanannya tetapi kondisinya dipastikan baik-baik saja setelah gagalnya upaya pembunuhan tersebut.
Biro Investigasi Federal (FBI) kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengidentifikasi Thomas Matthew Crooks sebagai tersangka penembak. Ia kemudian ditembak mati di lokasi kejadian.
Pasukan pengamanan presiden AS atau Secret Service dalam pernyataan terpisah mengatakan penembak melepaskan beberapa tembakan ke arah panggung dari posisi yang tinggi dari luar tempat tersebut.
Penembakan itu tidak hanya melukai Trump, tetapi juga menewaskan satu korban dan menyebabkan dua orang lainnya luka kritis.
Peristiwa itu terjadi beberapa hari sebelum Trump secara resmi dicalonkan sebagai calon presiden dari Partai Republik untuk pemilihan umum 2024.
Dalam sebuah pernyataan, Trump mengatakan sebuah peluru telah menyerempet telinganya dan menyebabkan pendarahan.
Penembak, yang berada di atap di luar perimeter kampanye, nyaris mengenai sasaran dan menimbulkan luka yang lebih serius.
Kekerasan politik
Suara tembakan dan kejadian seorang pemimpin politik jatuh ke tanah mengingatkan kembali kenangan menyakitkan tentang kekerasan politik AS pada masa lalu.
Serangan itu juga menandai berakhirnya 43 tahun keamanan bagi presiden dan calon presiden AS, yang mengingatkan kembali pada pembunuhan John F Kennedy pada 1963 dan upaya pembunuhan terhadap Ronald Reagan pada 1981.
Penembakan Trump selama kampanye pilpres telah dibandingkan dengan pembunuhan capres Partai Demokrat Robert F. Kennedy pada 1968.
Namun, kekerasan politik bukan hanya peninggalan masa lalu.
Penembakan terhadap Gabrielle Giffords dari Partai Republik pada 2011, serangan pada latihan bisbol Kongres Partai Republik pada 2017, dan serangan pada 6 Januari 2021 di Gedung Kongres AS adalah pengingat terbaru tentang perjuangan terus-menerus warga Amerika melawan agresi politik.
Implikasi untuk pilpres mendatang
Upaya pembunuhan Trump menambah ketidakpastian pada tahun pemilu yang dinilai sudah "tidak dapat diprediksi".
Citra Trump sebagai pejuang yang tangguh mungkin semakin mengakar di antara para pendukungnya, yang berpotensi memengaruhi Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee dan kampanye pemilu yang lebih luas.
Seruan untuk penyelidikan atas pelanggaran keamanan dalam kegiatan kampanye di Pennsylvania telah dimulai, dengan implikasi untuk acara presiden dan kampanye selanjutnya.
Wacana politik seputar insiden tersebut dapat mendorong refleksi tentang intensitas retorika politik dan potensi konsekuensinya di negara tempat senjata api dapat diakses secara luas.
Mantan anggota Partai Republik Gabrielle Giffords menanggapi dengan mengatakan bahwa "kekerasan politik itu menakutkan".
"Saya tahu. Saya berdiri bersama mantan Presiden Trump, dan semua yang terdampak tindakan kekerasan hari ini di hati saya. Kekerasan politik tidak mencerminkan Amerika dan tidak pernah dapat diterima–tidak pernah."
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Ketika AS menghadapi ketegangan yang mengakar, serangan itu kembali mengungkap masa lalu demokrasi AS yang penuh kekerasan.
Trump terkena tembakan di telinga kanannya tetapi kondisinya dipastikan baik-baik saja setelah gagalnya upaya pembunuhan tersebut.
Biro Investigasi Federal (FBI) kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengidentifikasi Thomas Matthew Crooks sebagai tersangka penembak. Ia kemudian ditembak mati di lokasi kejadian.
Pasukan pengamanan presiden AS atau Secret Service dalam pernyataan terpisah mengatakan penembak melepaskan beberapa tembakan ke arah panggung dari posisi yang tinggi dari luar tempat tersebut.
Penembakan itu tidak hanya melukai Trump, tetapi juga menewaskan satu korban dan menyebabkan dua orang lainnya luka kritis.
Peristiwa itu terjadi beberapa hari sebelum Trump secara resmi dicalonkan sebagai calon presiden dari Partai Republik untuk pemilihan umum 2024.
Dalam sebuah pernyataan, Trump mengatakan sebuah peluru telah menyerempet telinganya dan menyebabkan pendarahan.
Penembak, yang berada di atap di luar perimeter kampanye, nyaris mengenai sasaran dan menimbulkan luka yang lebih serius.
Kekerasan politik
Suara tembakan dan kejadian seorang pemimpin politik jatuh ke tanah mengingatkan kembali kenangan menyakitkan tentang kekerasan politik AS pada masa lalu.
Serangan itu juga menandai berakhirnya 43 tahun keamanan bagi presiden dan calon presiden AS, yang mengingatkan kembali pada pembunuhan John F Kennedy pada 1963 dan upaya pembunuhan terhadap Ronald Reagan pada 1981.
Penembakan Trump selama kampanye pilpres telah dibandingkan dengan pembunuhan capres Partai Demokrat Robert F. Kennedy pada 1968.
Namun, kekerasan politik bukan hanya peninggalan masa lalu.
Penembakan terhadap Gabrielle Giffords dari Partai Republik pada 2011, serangan pada latihan bisbol Kongres Partai Republik pada 2017, dan serangan pada 6 Januari 2021 di Gedung Kongres AS adalah pengingat terbaru tentang perjuangan terus-menerus warga Amerika melawan agresi politik.
Implikasi untuk pilpres mendatang
Upaya pembunuhan Trump menambah ketidakpastian pada tahun pemilu yang dinilai sudah "tidak dapat diprediksi".
Citra Trump sebagai pejuang yang tangguh mungkin semakin mengakar di antara para pendukungnya, yang berpotensi memengaruhi Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee dan kampanye pemilu yang lebih luas.
Seruan untuk penyelidikan atas pelanggaran keamanan dalam kegiatan kampanye di Pennsylvania telah dimulai, dengan implikasi untuk acara presiden dan kampanye selanjutnya.
Wacana politik seputar insiden tersebut dapat mendorong refleksi tentang intensitas retorika politik dan potensi konsekuensinya di negara tempat senjata api dapat diakses secara luas.
Mantan anggota Partai Republik Gabrielle Giffords menanggapi dengan mengatakan bahwa "kekerasan politik itu menakutkan".
"Saya tahu. Saya berdiri bersama mantan Presiden Trump, dan semua yang terdampak tindakan kekerasan hari ini di hati saya. Kekerasan politik tidak mencerminkan Amerika dan tidak pernah dapat diterima–tidak pernah."
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024