Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Harga karet asalan basah pada tingkat pedagang pengumpul di Bengkulu pekan ini bergerak naik dari Rp9.000 menjadi Rp10.000/kg.
Meningkatnya harga karet asalan ditingkat pedagang pengumpul karena permintaan dari pabrik mengalami hal yang sama, sedangkan produksi karet petani cendrung turun, kata seorang pedagang karet asalan di Kota Bengkulu H Jasarudin, Selasa.
Produksi karet petani turun akibat pengaruh musim penghujan, namun demikian masih lumayan dibandingkan pada musim kemarau lalu produksinya anjlok.
Kalau harga pada tingkat pabrik dan pedagang pengumpul di luar Bengkulu rata-rata tetap di atas Rp14.000 per kilogram, sedangkan di daerah ini tergolong masih rendah, ujarnya.
Harga karet asalan di daerah ini sempat anjlok pada kisaran Rp8.000/kg. Hal ini terjadi karena jarak tempuhnya dari lokasi kebun ke pabrik cukup jauh, serta akibat fluktuasi harga pada lipel distributor.
Kabid Pedagangan Dinas Perdagangan Kota Bengkulu Rahman mengatakan, harga karet sangat tergantung permintaan pedagang besar dari luar Bengkulu, meski pasokan dari petani cendrung berkurang.
Pabrik penampung karet petani itu, antara lain pabrik milik PT Bengkulu Angkasa makmur (BAM) dan pabrik milik PT Batang Hari. Kedua pabrik ini berlokasi di kawasan Kembangseri, Kecamatan Talang Empat, Bengkulu Tengah.
Di Provinsi Bengkulu saat ini sudah ada tujuh pabrik pengolahan karet dengan kapasitas 20 ton/jam yang merupakan milik swasta dan BUMN PTPN VII Bengkulu.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu Ir Riky Gunarwan mengatakan, luas tanaman karet di Bengkulu tercatat 118.616 Ha, dengan produksi sekitar 80.339 ton/tahun dan melibatkan 60.173 kepala keluarga (KK) petani.
Sedangkan pasokan buah kemiri itu, katanya, tetap dibeli dari pedagang pengumpul pada sentra produksi di Kabupaten Kepahiang akhir-akhir ini kembali lancar.
Luas tanaman kemiri di Provinsi Bengkulu tercatat 136 hektare, dengan produksi 21 ton per tahun merupakan milik 216 kepala keluarga (KK) petani. Produksi karet Bengkulu selama ini di ekspor ke beberapa negara Asia dan Eropa. Karena merupakan sumber devisa kedua Bengkulu setelah batu bara.(ANT/Z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2011
Meningkatnya harga karet asalan ditingkat pedagang pengumpul karena permintaan dari pabrik mengalami hal yang sama, sedangkan produksi karet petani cendrung turun, kata seorang pedagang karet asalan di Kota Bengkulu H Jasarudin, Selasa.
Produksi karet petani turun akibat pengaruh musim penghujan, namun demikian masih lumayan dibandingkan pada musim kemarau lalu produksinya anjlok.
Kalau harga pada tingkat pabrik dan pedagang pengumpul di luar Bengkulu rata-rata tetap di atas Rp14.000 per kilogram, sedangkan di daerah ini tergolong masih rendah, ujarnya.
Harga karet asalan di daerah ini sempat anjlok pada kisaran Rp8.000/kg. Hal ini terjadi karena jarak tempuhnya dari lokasi kebun ke pabrik cukup jauh, serta akibat fluktuasi harga pada lipel distributor.
Kabid Pedagangan Dinas Perdagangan Kota Bengkulu Rahman mengatakan, harga karet sangat tergantung permintaan pedagang besar dari luar Bengkulu, meski pasokan dari petani cendrung berkurang.
Pabrik penampung karet petani itu, antara lain pabrik milik PT Bengkulu Angkasa makmur (BAM) dan pabrik milik PT Batang Hari. Kedua pabrik ini berlokasi di kawasan Kembangseri, Kecamatan Talang Empat, Bengkulu Tengah.
Di Provinsi Bengkulu saat ini sudah ada tujuh pabrik pengolahan karet dengan kapasitas 20 ton/jam yang merupakan milik swasta dan BUMN PTPN VII Bengkulu.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu Ir Riky Gunarwan mengatakan, luas tanaman karet di Bengkulu tercatat 118.616 Ha, dengan produksi sekitar 80.339 ton/tahun dan melibatkan 60.173 kepala keluarga (KK) petani.
Sedangkan pasokan buah kemiri itu, katanya, tetap dibeli dari pedagang pengumpul pada sentra produksi di Kabupaten Kepahiang akhir-akhir ini kembali lancar.
Luas tanaman kemiri di Provinsi Bengkulu tercatat 136 hektare, dengan produksi 21 ton per tahun merupakan milik 216 kepala keluarga (KK) petani. Produksi karet Bengkulu selama ini di ekspor ke beberapa negara Asia dan Eropa. Karena merupakan sumber devisa kedua Bengkulu setelah batu bara.(ANT/Z005)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2011