Uni Eropa (EU) telah bergabung dengan Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir dalam menyeru Israel dan gerakan Palestina Hamas untuk sepakat melakukan gencatan senjata dan pembebasan sandera, kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pada Jumat.
Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi mengatakan pada Kamis bahwa Mesir, Qatar, dan AS mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa Israel dan Hamas harus melanjutkan pembicaraan gencatan senjata pada 14-15 Agustus.
Para pemimpin ketiga negara tersebut menyatakan siap memberikan usulan akhir untuk mencapai gencatan senjata.
"EU bergabung dengan Mesir, Qatar & AS dalam seruan mereka untuk menyelesaikan, tanpa penundaan, kesepakatan gencatan senjata & pembebasan sandera. Kami menegaskan kembali dukungan penuh memediasi mereka untuk mengakhiri siklus penderitaan yang tak tertahankan ini. Kesepakatan tersebut juga akan membuka jalan bagi deeskalasi regional," kata Borrell di X.
Belanda mendukung pernyataan Mesir, Qatar, dan AS tentang gencatan senjata di Jalur Gaza, kata Menteri Luar Negeri Belanda Caspar Veldkamp.
Inggris juga menyambut baik upaya mediasi tersebut dan sepenuhnya mendukung pernyataan yang menyerukan dilanjutkannya negosiasi gencatan senjata.
"Pemerintah Inggris telah memprioritaskan upaya untuk mengakhiri konflik dan memastikan pembebasan sandera dengan aman, bekerja sama dengan mitra internasional, sejak hari pertama," kata pemerintah Inggris mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri negara itu, David Lammy.
"Kami setuju dengan mitra kami: tidak boleh ada lagi penundaan, pertempuran harus dihentikan sekarang, dan semua sandera yang masih ditahan oleh Hamas harus dibebaskan. Kami juga perlu melihat pengiriman bantuan tanpa hambatan ke Gaza," demikian pemerintah Inggris menambahkan dari penyataan Lammy.
Kesepakatan tersebut berada dalam "kepentingan jangka panjang" bagi Israel, Palestina, dan semua pihak yang terlibat, tambah Menlu Inggris tersebut.
Pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib mengatakan bahwa pemerintah Lebanon telah bergabung dalam seruan untuk melanjutkan pembicaraan gencatan senjata di Gaza yang dilakukan di Doha atau Kairo.
Hamas menuntut pembebasan sejumlah politisi senior Palestina, termasuk pemimpin gerakan Palestina Fatah Marwan Barghouti dan Sekretaris Jenderal Front Populer untuk Pembebasan Palestina Ahmad Sa’adat, sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran dengan Israel, menurut laporan outlet berita Youm7 pada Jumat, mengutip sumber Palestina.
Sumber tersebut juga menambahkan bahwa Hamas menuntut pembebasan perempuan dan anak-anak Palestina, terutama mereka yang ditahan setelah Oktober 2023.
Pada 7 Oktober 2023, Israel menjadi sasaran serangan roket yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Jalur Gaza.
Selain itu, pejuang Hamas menyusup ke wilayah perbatasan, membuka tembakan ke militer dan warga sipil, serta membawa lebih dari 200 sandera.
Pihak berwenang Israel mengatakan bahwa sekitar 1.200 orang tewas selama serangan tersebut.
Sebagai pembalasan, IDF meluncurkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah melebihi 39.700 orang, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.
Sumber: Sputnik-OANA
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024