Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI) R Haidar Alwi mengatakan bahwa citra Polri yang sesungguhnya jauh lebih baik dari apa yang diviralkan di media sosial(medsos).
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, ia menilai bahwa pemberitaan Polri yang diviralkan di media sosial cenderung pada hal-hal negatif yang berkaitan dengan ulah oknum maupun pernyataan pihak-pihak yang tidak puas karena kalah dalam perkara tertentu. Sementara itu, prestasi Polri malah tidak mendapatkan atensi.
Menurutnya, hal itu terjadi karena masyarakat lebih suka melihat satu kekurangan dibandingkan seribu prestasi.
“Padahal, dalam angka dan fakta, citra Polri jauh lebih baik daripada di media sosial. Lebih akurat mana, asumsi sebelah mata atau angka dan fakta?” kata dia.
Ia mengatakan, apabila melihat angka dan fakta, hasil survei Litbang Kompas periode Juni 2024 mencatatkan kenaikan citra positif sebesar 1,5 persen dalam kurun waktu enam bulan. Dalam hasil survei Litbang Kompas pada Desember 2023, citra positif Polri tercatat sebesar 71,6 persen. Lalu, pada Juni 2024 citra positif itu naik menjadi 73,1 persen.
Bahkan, Polri menjadi salah satu lembaga negara dengan citra positif tertinggi setelah TNI. Institusi tersebut mengungguli Kejaksaan, Mahkamah Agung, KPK, Mahkamah Konstitusi, DPR, dan DPD RI.
“Ini membuktikan bahwa meski digoyang dan diserang dari manapun, Polri tetap bekerja dengan baik dan semakin dipercaya oleh masyarakat,” ucapnya.
Haidar menambahkan, pandangan negatif terhadap Polri tidak hanya berasal dari pihak-pihak yang tidak puas karena kalah dalam hal tertentu, tetapi juga berasal dari serangan yang datang dalam institusi Polri itu sendiri.
Menurutnya, serangan dari dalam itu jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan serangan dari luar.
“Bukan ulah oknum nakal, bukan, tapi saya menengarai ada upaya merusak citra Polri. Gegabahnya, upaya ini dilakukan secara terbuka. Tujuannya untuk mengincar kursi Kapolri untuk menggantikan Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo. Ini keliru karena menjadi duri dalam daging,” kata dia.
Oleh karena itu, Haidar meminta agar Polri tetap solid, bersaing secara sehat, dan menjaga nama baik institusi.
Selain itu, ia meminta masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu dan narasi-narasi yang bernada negatif terkait Polri.
“Penilaian yang sehat adalah penilaian yang bukan berdasarkan kebencian dan hanya dari satu sisi semata. Cek dulu dari dua sisi, positif dan negatif. Bandingkan dengan data dan fakta. Itu baru masyarakat modern yang cerdas,” pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, ia menilai bahwa pemberitaan Polri yang diviralkan di media sosial cenderung pada hal-hal negatif yang berkaitan dengan ulah oknum maupun pernyataan pihak-pihak yang tidak puas karena kalah dalam perkara tertentu. Sementara itu, prestasi Polri malah tidak mendapatkan atensi.
Menurutnya, hal itu terjadi karena masyarakat lebih suka melihat satu kekurangan dibandingkan seribu prestasi.
“Padahal, dalam angka dan fakta, citra Polri jauh lebih baik daripada di media sosial. Lebih akurat mana, asumsi sebelah mata atau angka dan fakta?” kata dia.
Ia mengatakan, apabila melihat angka dan fakta, hasil survei Litbang Kompas periode Juni 2024 mencatatkan kenaikan citra positif sebesar 1,5 persen dalam kurun waktu enam bulan. Dalam hasil survei Litbang Kompas pada Desember 2023, citra positif Polri tercatat sebesar 71,6 persen. Lalu, pada Juni 2024 citra positif itu naik menjadi 73,1 persen.
Bahkan, Polri menjadi salah satu lembaga negara dengan citra positif tertinggi setelah TNI. Institusi tersebut mengungguli Kejaksaan, Mahkamah Agung, KPK, Mahkamah Konstitusi, DPR, dan DPD RI.
“Ini membuktikan bahwa meski digoyang dan diserang dari manapun, Polri tetap bekerja dengan baik dan semakin dipercaya oleh masyarakat,” ucapnya.
Haidar menambahkan, pandangan negatif terhadap Polri tidak hanya berasal dari pihak-pihak yang tidak puas karena kalah dalam hal tertentu, tetapi juga berasal dari serangan yang datang dalam institusi Polri itu sendiri.
Menurutnya, serangan dari dalam itu jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan serangan dari luar.
“Bukan ulah oknum nakal, bukan, tapi saya menengarai ada upaya merusak citra Polri. Gegabahnya, upaya ini dilakukan secara terbuka. Tujuannya untuk mengincar kursi Kapolri untuk menggantikan Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo. Ini keliru karena menjadi duri dalam daging,” kata dia.
Oleh karena itu, Haidar meminta agar Polri tetap solid, bersaing secara sehat, dan menjaga nama baik institusi.
Selain itu, ia meminta masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu dan narasi-narasi yang bernada negatif terkait Polri.
“Penilaian yang sehat adalah penilaian yang bukan berdasarkan kebencian dan hanya dari satu sisi semata. Cek dulu dari dua sisi, positif dan negatif. Bandingkan dengan data dan fakta. Itu baru masyarakat modern yang cerdas,” pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024