Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur tercatat mengalami erupsi sebanyak 13 kali dalam waktu tiga jam pada Senin malam sejak pukul 18.00 hingga 21.00 WIB.
Erupsi pertama terjadi pada pukul 18.08 WIB, namun visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut dan saat laporan itu dibuat oleh petugas pos pengamatan Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang tercatat erupsi masih berlangsung.
"Semeru kembali erupsi pada pukul 18.26 WIB dengan letusan abu setinggi kurang lebih 400 meter di atas puncak atau 4.076 mdpl dan kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang.
Kemudian terjadi erupsi lagi pukul 18.29 WIB dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 400 meter di atas puncak (4.076 mdpl). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya.
Petugas juga mencatat secara berturut-turut terjadi erupsi Semeru dengan waktu berdekatan yakni pukul 18.52 WIB, pukul 18.57 WIB, pukul 19.00 WIB, pukul 19.25 WIB. pukul 19.35 WIB, pukul 19.37 WIB, pukul 19.45 WIB, pukul 20.06 WIB, pukul 20.23 WIB, pukul 20.50 WIB, namun visual letusan tidak teramati dan saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung.
Liswanto menjelaskan status Gunung Semeru pada Level II atau Waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh delapan km dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak.
Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius tiga km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Selain itu perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Erupsi pertama terjadi pada pukul 18.08 WIB, namun visual letusan tidak teramati karena tertutup kabut dan saat laporan itu dibuat oleh petugas pos pengamatan Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang tercatat erupsi masih berlangsung.
"Semeru kembali erupsi pada pukul 18.26 WIB dengan letusan abu setinggi kurang lebih 400 meter di atas puncak atau 4.076 mdpl dan kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang.
Kemudian terjadi erupsi lagi pukul 18.29 WIB dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 400 meter di atas puncak (4.076 mdpl). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya.
Petugas juga mencatat secara berturut-turut terjadi erupsi Semeru dengan waktu berdekatan yakni pukul 18.52 WIB, pukul 18.57 WIB, pukul 19.00 WIB, pukul 19.25 WIB. pukul 19.35 WIB, pukul 19.37 WIB, pukul 19.45 WIB, pukul 20.06 WIB, pukul 20.23 WIB, pukul 20.50 WIB, namun visual letusan tidak teramati dan saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung.
Liswanto menjelaskan status Gunung Semeru pada Level II atau Waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh delapan km dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak.
Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius tiga km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Selain itu perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024