Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengenalkan teknologi sistem informasi pendeteksi tanah TRIGRS sebagai upaya dalam mengurangi risiko bencana tanah longsor.
"TRIGRS merupakan sebuah aplikasi untuk mengetahui parameter yang memengaruhi kestabilan lereng, sehingga datanya dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kerentanan tanah di suatu daerah," kata Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Khori Sugianti melalui keterangan di Jakarta, Senin.
Baca juga: Bulan menjauhi Bumi, BRIN prediksi hari bisa bertambah jadi 25 jam
Khori menjelaskan TRIGRS adalah pengembangan dari perangkat lunak buatan Lembaga Geologi Amerika Serikat (USGS), yang kemudian dikembangkan lebih lanjut melalui kolaborasi dengan BRIN.
Melalui teknologi tersebut, ia memaparkan pemodelannya menunjukkan adanya pengaruh yang diciptakan oleh intensitas curah hujan terhadap kestabilan lereng.
Baca juga: BRIN ungkap potensi besar rumput laut di Indonesia
"Pemodelan TRIGRS menunjukkan bahwa kenaikan intensitas curah hujan dapat memengaruhi kestabilan lereng, dengan adanya perubahan kestabilan lereng stabil menjadi lereng labil dan penurunan nilai faktor keamanan. Kami melakukan penelitian di daerah Lembang dan sekitarnya," ungkapnya.
Khori menilai model TRIGRS cukup baik dalam memprediksi kestabilan lereng akibat hujan pada area rawan longsor, sebab data inventaris kejadian longsor merupakan faktor yang berpengaruh pada keberhasilan model TRIGRS dalam proses validasi model.
Oleh karenanya, ia berharap temuannya tersebut bisa menjadi pertimbangan pemangku kepentingan terkait di wilayah rawan bencana tanah longsor, khususnya di Lembang, Jawa Barat di tempat penelitiannya tersebut.
Baca juga: Periset BRIN berbagi cara menangani daging kurban
"Kami sangat berharap kolaborasi dengan berbagai pihak di daerah Lembang dan sekitarnya, seperti pemerintah daerah dan instansi terkait, untuk dapat mengimplementasikan inovasi ini sebagai bentuk mitigasi bencana longsor di kemudian hari," ujar Khori.
Terkait hal tersebut, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Anne Hermadianne Adnan menyambut baik upaya kerja sama tersebut, sebab Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi bencana cukup tinggi.
"Harapannya, kegiatan kolaborasi ini dapat menjadi salah satu cara memitigasi agar pada saat bencana akan mencapai zero victim," ucap Anne.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
"TRIGRS merupakan sebuah aplikasi untuk mengetahui parameter yang memengaruhi kestabilan lereng, sehingga datanya dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kerentanan tanah di suatu daerah," kata Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Khori Sugianti melalui keterangan di Jakarta, Senin.
Baca juga: Bulan menjauhi Bumi, BRIN prediksi hari bisa bertambah jadi 25 jam
Khori menjelaskan TRIGRS adalah pengembangan dari perangkat lunak buatan Lembaga Geologi Amerika Serikat (USGS), yang kemudian dikembangkan lebih lanjut melalui kolaborasi dengan BRIN.
Melalui teknologi tersebut, ia memaparkan pemodelannya menunjukkan adanya pengaruh yang diciptakan oleh intensitas curah hujan terhadap kestabilan lereng.
Baca juga: BRIN ungkap potensi besar rumput laut di Indonesia
"Pemodelan TRIGRS menunjukkan bahwa kenaikan intensitas curah hujan dapat memengaruhi kestabilan lereng, dengan adanya perubahan kestabilan lereng stabil menjadi lereng labil dan penurunan nilai faktor keamanan. Kami melakukan penelitian di daerah Lembang dan sekitarnya," ungkapnya.
Khori menilai model TRIGRS cukup baik dalam memprediksi kestabilan lereng akibat hujan pada area rawan longsor, sebab data inventaris kejadian longsor merupakan faktor yang berpengaruh pada keberhasilan model TRIGRS dalam proses validasi model.
Oleh karenanya, ia berharap temuannya tersebut bisa menjadi pertimbangan pemangku kepentingan terkait di wilayah rawan bencana tanah longsor, khususnya di Lembang, Jawa Barat di tempat penelitiannya tersebut.
Baca juga: Periset BRIN berbagi cara menangani daging kurban
"Kami sangat berharap kolaborasi dengan berbagai pihak di daerah Lembang dan sekitarnya, seperti pemerintah daerah dan instansi terkait, untuk dapat mengimplementasikan inovasi ini sebagai bentuk mitigasi bencana longsor di kemudian hari," ujar Khori.
Terkait hal tersebut, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Anne Hermadianne Adnan menyambut baik upaya kerja sama tersebut, sebab Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi bencana cukup tinggi.
"Harapannya, kegiatan kolaborasi ini dapat menjadi salah satu cara memitigasi agar pada saat bencana akan mencapai zero victim," ucap Anne.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024