Rejanglebong (Antara) - Kalangan petani kakao di Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu mengeluhkan serangan penyakit buah yang menyerang tanaman mereka.
"Buah kakao ini buahnya banyak yang tidak bisa dipanen, buahnya kena penyakit busuk kering. Serangan penyakit ini terjadi sejak dua tahun belakangan dan sampai sekarang belum tahu apa penyebabnya," kata Hermanto (43) salah satu petani kakao di Desa Cawang Lama, Kecamatan Selupu Rejang, Kamis.
Penyakit busuk buah ini menyebabkan produksi kebun mereka turun drastis. Pada hal saat ini harga jual biji kakao dipasaran daerah itu sedang mengalami kenaikan dari Rp18.000 menjadi Rp21.000 per kg.
Serangan penyakit busuk buah ini, tambah dia, mirip dengan yang menyerang tanaman cabai merah yang menyerang putik tanaman hingga buah yang mulai membesar. Buah yang terserang akan menjadi hitam dan kemudian rontok.
Dari 30 batang tanaman kakao miliknya kata Hermanto, jika panen lagi normal bisa menghasilkan 5-10 kg setiap bulannya, tapi saat ini biji kakao yang dihasilkan paling banyak 2 kg.
Untuk itu dia berharap petugas PPL atau pihak lainnya dapat membantu mereka guna mencari tahu jenis penyakit dan cara penanganannya.
Hal ini kata dia, sangat penting mengingat tanaman kakao ini banyak ditanam oleh warga di daerah itu kendati diatas lahan yang tidak terlalu luas diantara tanaman kopi atau pekarangan rumah.
Selain itu tanaman ini juga berbuah tanpa mengenal musim sehingga setiap bulan tetap menghasilkan, sehingga bisa menambah pendapatan mereka selain bercocok tanaman lainnya seperti kopi atau padi sawah.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016
"Buah kakao ini buahnya banyak yang tidak bisa dipanen, buahnya kena penyakit busuk kering. Serangan penyakit ini terjadi sejak dua tahun belakangan dan sampai sekarang belum tahu apa penyebabnya," kata Hermanto (43) salah satu petani kakao di Desa Cawang Lama, Kecamatan Selupu Rejang, Kamis.
Penyakit busuk buah ini menyebabkan produksi kebun mereka turun drastis. Pada hal saat ini harga jual biji kakao dipasaran daerah itu sedang mengalami kenaikan dari Rp18.000 menjadi Rp21.000 per kg.
Serangan penyakit busuk buah ini, tambah dia, mirip dengan yang menyerang tanaman cabai merah yang menyerang putik tanaman hingga buah yang mulai membesar. Buah yang terserang akan menjadi hitam dan kemudian rontok.
Dari 30 batang tanaman kakao miliknya kata Hermanto, jika panen lagi normal bisa menghasilkan 5-10 kg setiap bulannya, tapi saat ini biji kakao yang dihasilkan paling banyak 2 kg.
Untuk itu dia berharap petugas PPL atau pihak lainnya dapat membantu mereka guna mencari tahu jenis penyakit dan cara penanganannya.
Hal ini kata dia, sangat penting mengingat tanaman kakao ini banyak ditanam oleh warga di daerah itu kendati diatas lahan yang tidak terlalu luas diantara tanaman kopi atau pekarangan rumah.
Selain itu tanaman ini juga berbuah tanpa mengenal musim sehingga setiap bulan tetap menghasilkan, sehingga bisa menambah pendapatan mereka selain bercocok tanaman lainnya seperti kopi atau padi sawah.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016