Bengkulu (Antara) - Palang Merah Indonesia (PMI) bekerja sama dengan Palang Merah Jepang atau Japanese Red Cross Society (JRCS) untuk meningkatkan pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat di tiga kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu.
"Program itu fokus pada pengurangan risiko bencana gempa bumi dan tsunami," kata Ketua PMI Provinsi Bengkulu, Syukur Alwi saat peluncuran program kerja sama PMI-JRCS di Bengkulu, Selasa.
Syukur mengatakan wilayah Bengkulu yang berada di Pantai Barat Sumatera merupakan daerah rawan bencana gempa dan tsunami, sebab berlokasi di pertemuan lempeng aktif Indoaustralia dan Eurasia.
Tabrakan antarlempeng tektonik tersebut membentuk jalur gempa dengan ribuan titik pusat gempa yang menjadikan Indonesia, termasuk Bengkulu sangat rawan gempa bumi.
Program bertajuk "Pengurangan Risiko Bencana Terpadu berbasis Masyarakat" tersebut ditargetkan berlangsung selama empat tahun dengan sembilan wilayah intervensi di Kabupaten Seluma, Kaur dan Kota Bengkulu.
"Sembilan desa ini belum ditentukan tapi yang jelas ada di tiga kabupaten dan kota yang terpilih," katanya.
Wakil Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah saat membuka kegiatan tersebut mengatakan, wilayah Bengkulu yang memiliki pesisir sepanjang 525 kilometer rawan bencana gempa dan tsunami.
"Karena itu kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana gempa dan tsunami perlu terus ditingkatkan," katanya.
Secara khusus, Rohidin menyampaikan terimakasih kepada masyarakat Jepang yang membantu warga Bengkulu untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Sementara Perwakilan JRCS, Awaludin mengatakan program ini bertujuan menciptakan masyarakat yang tangguh bencana gempa bumi dan tsunami.
"Saat bencana gempa bumi dan tsunami terjadi, masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko bencana," katanya.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016
"Program itu fokus pada pengurangan risiko bencana gempa bumi dan tsunami," kata Ketua PMI Provinsi Bengkulu, Syukur Alwi saat peluncuran program kerja sama PMI-JRCS di Bengkulu, Selasa.
Syukur mengatakan wilayah Bengkulu yang berada di Pantai Barat Sumatera merupakan daerah rawan bencana gempa dan tsunami, sebab berlokasi di pertemuan lempeng aktif Indoaustralia dan Eurasia.
Tabrakan antarlempeng tektonik tersebut membentuk jalur gempa dengan ribuan titik pusat gempa yang menjadikan Indonesia, termasuk Bengkulu sangat rawan gempa bumi.
Program bertajuk "Pengurangan Risiko Bencana Terpadu berbasis Masyarakat" tersebut ditargetkan berlangsung selama empat tahun dengan sembilan wilayah intervensi di Kabupaten Seluma, Kaur dan Kota Bengkulu.
"Sembilan desa ini belum ditentukan tapi yang jelas ada di tiga kabupaten dan kota yang terpilih," katanya.
Wakil Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah saat membuka kegiatan tersebut mengatakan, wilayah Bengkulu yang memiliki pesisir sepanjang 525 kilometer rawan bencana gempa dan tsunami.
"Karena itu kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana gempa dan tsunami perlu terus ditingkatkan," katanya.
Secara khusus, Rohidin menyampaikan terimakasih kepada masyarakat Jepang yang membantu warga Bengkulu untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Sementara Perwakilan JRCS, Awaludin mengatakan program ini bertujuan menciptakan masyarakat yang tangguh bencana gempa bumi dan tsunami.
"Saat bencana gempa bumi dan tsunami terjadi, masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko bencana," katanya.***4***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016