Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Harga karet asalan basah pada tingkat petani dibeli pedagang pengumpul rendah antara  Rp7.500- Rp8.000/kg.

Padahal hara sebelumnya sudah mencapai Rp11.500/kg, tiba-tiba kembali turun cukup banyak, kata seorang petani karet di Bengkulu Utara J Fransisco menghubungi, Selasa.

"Kami terpaksa tidak menjual karet ke pedagang pengumpul dan menunggu harga kembali naik," katanya.

Ia mengatakan, petani sektor perkebunan di Bengkulu terancam tidak bisa memelihara tanamannya karena harga saat ini terlalu rendah dan tidak seimbang dengan biaya operasional.

Petani akan kesulitan untuk membeli pupuk karena harganya cukup tinggi, belum lagi biaya pengolahan dan bahan pokok sudah tidak seimbang, ujarnya.

"Kami mengharapkan harga tersebut kembali naik karena bila musim kemarau berlanjut di atas dua bulan, biasanya getah karet akan berkurang," katanya.

Ia mengatakan, sejak harga karet anjlok rata-rata di bawah Rp7.500 per kilogram saat ini petani sangat kesulitan, terutama tidak seimbang dengan biaya pemeliharaan.

Selain itu harga sebilan bahan pokok rata-rata sudah naik, dengan harga karet slab basah Rp7.500, tidak bisa membeli beras satu cupak (ukuran 1,5 kg).

Bila harga karet di atas Rp17.000/kg selama ini, selain dapat beras satu cupak juga bisa mendapat gula dan kopi serta rokok gandum, ujarnya.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam negeri Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi/UKM Provinsi Bengkulu Alwi mengatakan, di Bengkulu mestinya sudah ada full transaksi karet tersebut karena kebun masyarakat sudah cukup luas.

Disamping kualitas karet Bengkulu jauh lebih baik bila dibandingkan dengan karet provinsi tetangga karena petani karet di Bengkulu sebagian besar dibina oleh petugas kebun inti.

Kebun masyarakat secara perorangan juga belum mengerti akan kecurangan dalam membuat getah karet asalan tersebut, seperti dicampur tanah, batu dan lainnya karena mereka murni menggunakan getah karet secara alami, ujarnya.(Z005)


Pewarta:

Editor : Usmin


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012