Bengkulu (Antara) - Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu menyerukan penolakan atas rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Pelabuhan Pulau Baai oleh perusahaan swasta yang berkolaborasi dengan PT Pelindo II.
"Pemerintah daerah sepertinya tidak belajar dari fakta bahwa polutan batu bara menjadi ancaman maut bagi masyarakat," kata Direktur Walhi Bengkulu, Beni Ardiansyah di Bengkulu, Senin.
Beni mengatakan hal itu terkait rencana pihak swasta PT Tenaga Listrik Bengkulu bekerja sama dengan PT Pelindo II membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 2 x 100 MW di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.
Dalam laporan yang dirilis peneliti dari Universitas Harvard di mana ancaman maut PLTU batu bara di Indonesia menghasilkan polutan yang mengakibatkan 6.500 jiwa kematian prematur setiap tahun.
Jumlah tersebut dapat meningkat 15.700 jiwa per tahun jika pemerintah Indonesia meneruskan peluncuran rencana ambisius lebih dari seratus pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru.
Penyebab kematian seperti disebutkan dalam laporan itu antara lain 2.700 jiwa terkena stroke, 2.300 jiwa terserang jantung insemik, 300 jiwa terkena kanker paru-paru, 400 jiwa terkena penyakit paru obstuktif kronik, 800 jiwa lainnya karena penyakit pernafasan dan kardiovaskular.
"Angka ini diperoleh dari penelitian 42 PLTU di Indonesia, belum termasuk proyek 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah beberapa waktu lalu," kata dia.
Dengan ancaman tersebut menurut Beni, dukungan pemerintah daerah dalam pembangunan PLTU batu bara di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu seharusnya dikaji ulang.
Apalagi Bengkulu memiliki potensi tenaga panas bumi yang melimpah yang dapat dieksplorasi untuk memenuhi energi domestik.
"Energi terbarukan sangat cepat dipulihkan kembali secara alami dan prosesnya berkelanjutan tidak seperti batu bara yang keruk habis," katanya.
Energi fosil berupa minyak bumi dan batu bara menurut Beni sudah ditinggalkan oleh negara-negara lain dan penggunaan energi batu bara akan menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil emisi.
Sebelumnya PT Tenaga Listrik Indonesia yang merupakan kolaborasi dari perusahaan energi asal Tiongkok, "China Power" berencana membangun PLTU berdaya 200 MW di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.
Konstruksi pembangkit tersebut mulai dibangun pada 2017 dan ditargetkan beroperasi pada Februari 2020.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016
"Pemerintah daerah sepertinya tidak belajar dari fakta bahwa polutan batu bara menjadi ancaman maut bagi masyarakat," kata Direktur Walhi Bengkulu, Beni Ardiansyah di Bengkulu, Senin.
Beni mengatakan hal itu terkait rencana pihak swasta PT Tenaga Listrik Bengkulu bekerja sama dengan PT Pelindo II membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 2 x 100 MW di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.
Dalam laporan yang dirilis peneliti dari Universitas Harvard di mana ancaman maut PLTU batu bara di Indonesia menghasilkan polutan yang mengakibatkan 6.500 jiwa kematian prematur setiap tahun.
Jumlah tersebut dapat meningkat 15.700 jiwa per tahun jika pemerintah Indonesia meneruskan peluncuran rencana ambisius lebih dari seratus pembangkit listrik tenaga batu bara yang baru.
Penyebab kematian seperti disebutkan dalam laporan itu antara lain 2.700 jiwa terkena stroke, 2.300 jiwa terserang jantung insemik, 300 jiwa terkena kanker paru-paru, 400 jiwa terkena penyakit paru obstuktif kronik, 800 jiwa lainnya karena penyakit pernafasan dan kardiovaskular.
"Angka ini diperoleh dari penelitian 42 PLTU di Indonesia, belum termasuk proyek 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah beberapa waktu lalu," kata dia.
Dengan ancaman tersebut menurut Beni, dukungan pemerintah daerah dalam pembangunan PLTU batu bara di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu seharusnya dikaji ulang.
Apalagi Bengkulu memiliki potensi tenaga panas bumi yang melimpah yang dapat dieksplorasi untuk memenuhi energi domestik.
"Energi terbarukan sangat cepat dipulihkan kembali secara alami dan prosesnya berkelanjutan tidak seperti batu bara yang keruk habis," katanya.
Energi fosil berupa minyak bumi dan batu bara menurut Beni sudah ditinggalkan oleh negara-negara lain dan penggunaan energi batu bara akan menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil emisi.
Sebelumnya PT Tenaga Listrik Indonesia yang merupakan kolaborasi dari perusahaan energi asal Tiongkok, "China Power" berencana membangun PLTU berdaya 200 MW di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu.
Konstruksi pembangkit tersebut mulai dibangun pada 2017 dan ditargetkan beroperasi pada Februari 2020.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016