Bengkulu (Antara) - Warga Desa Air Bening, Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu mengharapkan pengolahan panas bumi atau geothermal untuk pembangkit listrik yang dilakukan PT Pertamina Geothermal Energy di Hutan Lindung Bukit Daun tidak akan mengganggu sumber air.

"Kami belum tahu bagaimana dampak pengeboran sumur panas bumi dan ketersediaan air tanah, tapi kami berharap sumber air tidak terganggu," kata Sugianto, warga Desa Air Bening, Kecamatan Bermani Ulu Raya, Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan sumber air minum dan aktivitas perkebunan palawija hingga air irigasi untuk persawahan di desa mereka bersumber dari Hutan Lindung Bukit Daun.

Hulu Sungai Air Bening yang mengairi tidak kurang dari 300 hektare sawah petani berada di Hutan Lindung Bukit Daun.

"Kami tidak pernah diberitahu dampak dari pengeboran panas bumi, padahal desa kami yang terdekat ke lokasi proyek," ucapnya.

Sugianto yang berkebun kopi di pinggir Hutan Lindung juga mengkhawatirkan dampak pengeboran panas bumi dengan tanaman padi yang ada di wilayah itu.

Mereka mengkhawatirkan kasus tanaman padi yang mati setelah terkena aliran air dari pengeboran sumur PT PGE di Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong akan terjadi pada tanaman padi mereka.

"Kami mendengar informasi tentang padi petani di Lebong yang mati karena terkena air dari hasil pengeboran sumur panas di sana," tambahnya.

Rencana pengeboran panas bumi oleh PT PGE di Hutan Lindung Bukit Daun tinggal menunggu pembangunan jalan untuk mobilisasi alat bor.

Plt Sekretaris Daerah Kabupaten Lebong, Zulkarnain mengatakan PT PGE akan membangun dua sumur di Hutan Lindung Bukit Daun dengan daya 2 x 50 MW.

Ia mengatakan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi di hutan lindung itu sudah melalaui tahap penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dan mendapat izin pinjam pakai kawasan hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.***1***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016