Jakarta (ANTARA Bengkulu) - Walaupun sudah menjadi kejadian "sehari-hari" alias tidak luar biasa lagi, pemerkosaan terhadap ibu dengan dua anak berinisial RS tetap menjadi perhatian banyak pihak, mulai dari tokoh wanita, menteri, pejabat, polisi hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada 14 Desember 2011, pedagang berinisial RS hendak berbelanja sayur-mayur ke pasar Kemiri, Depok. Saat menunggu kendaraan umum, tiba-tiba mobil angkutan perkotaan berhenti di depan wanita berusia 35 tahun itu. Tanpa curiga, wanita itu pun naik ke kendaraan M-26 tersebut, yang di dalamnya sudah ada empat lelaki, termasuk sang supir. Ketika mobil umum itu berjalan, tiba-tiba seorang lelaki mengeluarkan golok. Melihat kejadian tak terduga itu, wanita pedagang tersebut melawan, tapi usahanya itu sia-sia. Akhirnya, tanpa bisa berbuat apa pun, ia diperkosa dan bahkan kemudian tubuhnya dibuang begitu saja di kawasan Cikeas, Bogor.

RS kemudian dibawa ke rumah sakit Polri Dr Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, dan menjalani operasi pada 17 Desember. Kepala RS dr Soekanto, Brigadir Jenderal Polisi Budi Siswanto, mengungkapkan bahwa sekalipun mulai membaik kesehatannya, dokter terus memantau pasien khusus itu agar tidak timbul trauma pada dirinya.

"Kapolri (Jenderal Polisi Timur Pradopo) memberikan perhatian," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Saud Nasution. Sementara itu, Juru Bicara Kepolisian Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Baharuddin Djafar menyatakan pihaknya sudah mengetahui ciri atau jatidiri pemerkosa itu. Pemilik angkot itu sudah diketahui, namun ia tidak ditahan, karena masih dianggap tidak mengetahui mengenai kejahatan seksual tersebut.

Bahkan, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar sudah menjenguk RS dan dalam pertemuan itu, Linda menyampaikan keprihatinan mendalam Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Linda, istri mantan Menko Polkam Agum Gumelar, mendesak Kepolisian Republik Indonesia segera menuntaskan penyelidikan dan penyidikan agar perkosaan tersebut dan kejadian serupa tidak terjadi lagi di Tanah Air.

Polisi di berbagai daerah bahkan melakukan razia terhadap mobil angkutan perkotaan, terutama yang menggunakan kaca hitam, agar tidak terjadi lagi kejahatan seksual itu.

Selesaikah masalah pelecehan seksual itu?

Hari Ibu

Pada Kamis, 22 Desember 2011, akan dirayakan Hari Ibu oleh wanita, baik di Tanah Air maupun di berbagai negara lain.

Pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta berlangsung Kongres Perempuan, yang pertama di Indonesia. Saat Indonesia belum merdeka, tidak kurang dari sekitar 30 organisasi perempuan di Tanah Air mampu berkumpul untuk menyatukan pandangan mengenai perempuan Indonesia. Akhirnya, lahir Kongres Wanita Indonesia atau Kowani, yang kini menjadi salah satu organisasi wanita terkemuka di Tanah Air.

Selain Kowani, kini hadir pula berbagai organisasi wanita lain, seperti, Dharma Pertiwi, yang menghimpun istri prajurit; Dharma Wanita Persatuan, yang menjadi perkumpulan istri pegawai negeri sipil, hingga organisasi wanita dari berbagai organisasi massa keagamaan, seperti, Aisyiah, dan lain-lain. Pengurus organisasi kewanitaan itu memang banyak yang tanpa banyak bicara bekerja tanpa pamrih.

Tapi, yang pantut dipertanyakan adalah apakah sudah ada pengurus organisasi wanita itu secara terbuka menyatakan rasa prihatinnya atau simpatinya terhadap RS, wanita dengan dua anak masih kecil dan terpaksa membantu suami berjualan sayur, namun kemudian mengalami musibah tak terperikan akibat perkosaan itu?
  
Kalaupun ada organisasi wanita menunjukkan keprihatinan atau rasa simpatinya, apakah mereka sudah mengulurkan tangan secara nyata kepada RS, yang menurut dokter rumah sakit dr Soekanto bisa mengalami trauma akibat pelecehan itu?
  
Kasus RS bukan yang pertama kali terjadi di Jakarta atau daerah sekitarnya, seperti, Bogor atau Depok, atau bahkan di Indonesia, karena hampir setiap hari muncul berita di surat kabar, radio hingga televisi tentang perkosaan.

Banyak organisasi wanita lahir atau muncul, tapi kebanyakan nama mereka baru muncul ke permukaan jika organisasi itu merayakan hari ulang tahunnya atau saat pemilihan umum akan berlangsung untuk menarik suara wanita pemilih.

Namun, adakah organisasi wanita yang benar-benar menaruh perhatian secara penuh terhadap pemerkosaan di seluruh Tanah Air? Kalau kantor Menteri Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan Anak memberi perhatian, perhatian tersebut tentu tidak bisa dianggap sebagai hal sangat luar biasa, karena memang itu tugas sangat normal sebagai lembaga pemerintah.

Yang justru dinanti adalah langkah nyata semua atau sebagian besar organisasi wanita, terutama di tingkat nasional, seperti, Dharma Wanita Persatuan atau dharma Pertiwi. Kalau pengurus organisasi besar itu mampu mengulurkan tangan kepada korban pemerkosaan, tentu perhatian dan bantuan nyata itu sangat dinantikan olem kaum mereka sendiri, yang mengalami pelecehan tersebut.

Oleh karena itu, masyarakat boleh mengharapkan peringatan Hari Ibu tidak hanya diisi acara demi acara, yang hanya bersifar resmi atau basa-basi serta cuma menghabiskan dana jutaan rupiah, yang tidak jelas gunanya bagi orang banyak, tapi harus dimanfaatkan oleh kaum wanita untuk membantu secara nyata saudara mereka, yang mengalami pelecehan seksual, mulai dari sekedar dicolek hingga diperkosa.(A011/B002)

Pewarta: Arnaz Ferial Firman

Editor : AWI-SEO&Digital Ads


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2011