Rejanglebong (Antara) - Panitia peringatan HUT ke-136 Kota Curup Kabupaten Rejanglebong Provinsi Bengkulu menggelar perlombaan "Tari Kejei" yang merupakan tarian khas suku Rejang yang berumur ratusan tahun.

Menurut keterangan Ketua Panitia Lomba Tari Kejei, Yuliasti di Rejanglebong, Selasa, perlombaan itu setiap tahunnya selalu mereka gelar dengan tujuan melestarikan kesenian yang sudah ada sejak jama kerajaan Majapahit itu.

"Tari Kejei ini setiap tahunnya selalu dilombakan, di mana tujuannya agar kesenian khas masyarakat Rejanglebong tidak punah. Tari Kejei ini merupakan tarian sakral yang hanya ada kalangan masyarakat suku Rejang," kata Yuliasti yang juga Kasi Pertunjukan dan Seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Rejanglebong.

Tari Kejei adalah sebuah tarian masyarakat lokal yang memiliki nilai-nilai mistis serta hanya boleh dibawakan oleh remaja putra dan putri yang masih berstatus bujang dan gadis perawan dengan syarat remaja putri yang membawakan tarian itu tidak sedang menstruasi.

Perlombaan tarian daerah Rejanglebong itu diikuti 13 kelompok tari utusan dari 15 kecamatan.

Setiap tim beranggotakan enam orang yang kebanyakan adalah pelajar SMP, SMA dan kalangan umum yang tergabung dalam sanggar tari di daerah itu.

Adapun kriteria penilaian yang diberikan oleh tiga juri dalam perlombaan meliputi wiraga atau tata gerak dan gaya, kemudian wirama atau keserasian antara gerak dan musik.

Selanjutnya ialah wirasa atau penjiwaan penari, serta penilaian berdasarkan wirupa yakni ekspresi penari dan keserasian dandanan.

"Karena ini adalah tarian sakral yang biasanya dibawakan saat adanya pernikahan oleh remaja putra dan putri yang dalam bahasa Rejang disebut bujang dan semulen yang masih perjaka dan perawan serta dalam kondisi suci, penilaiannya dilakukan juri berdasarkan empat kriteria yang meliputi wiraga, wirama, wirasa dan wirupa," ujarnya.

Tari Kejei dibawakan pertama kali pada pernikahan Putri Senggang dengan Biksu Bermano di masa Kerajaan Majapahit.

Tarian itu juga ditampilkan untuk menyambut kedatangan para biksu agama Budha yang masuk ke wilayah itu.

Dalam perkembangannya, tarian itu kemudian ditampilkan saat acara pernikahan, kemudian acara penyambutan tamu serta acara resmi di Pemkab Rejanglebong.

Sebelumnya alat musik pementasan Tari Kejei ini semula berasal dari bambu namun kemudian mengalami pergeseran seiring kemajuan jaman berubah terbuat dari bahan logam. ***4***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016