Bengkulu (Antara) - Bank Indonesia merilis tekanan inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan I 2016 meningkat menjadi 5,93 persen dari tahun ke tahun (yoy) dibanding triwulan IV 2015 di angka 3,25 persen.

Deputi Kepala BI Perwakilan Provinsi Bengkulu Christin Sidabutar di Bengkulu, Selasa, mengatakan kondisi ini didorong oleh perubahan harga komoditas yang diatur pemerintah dan berkurangnya pasokan hortikultura untuk Bengkulu.

"Kebijakan pemerintah yang manaikkan tarif cukai dari hasil tembakau dengan rata-rata 11,5 persen, cukup mempengaruhi kondisi inflasi Bengkulu," kata dia.

Untuk pasokan hortikultura yang berkurang menurut dia disebabkan karena dampak penurunan produksi dari sentra-sentra produksi yang ada di kabupaten-kabupaten di Bengkulu.

"Sehingga terjadi tekanan harga di pasaran, permintaan tetap sedangkan sediaan kurang," kata dia lagi.

Lebih rinci, harga komoditas yang diatur pemerintah atau "administered price" mengalami kenaikan cukup tinggi, inflasi yang semula pada triwulan IV 2015 pada angka 1,96 persen menjadi 6,09 persen (yoy) pada triwulan I 2016. Untuk bahan makanan dari hortikultura bahkan mengalami inflasi lebih tinggi lagi, pada triwulan IV 2015 hanya mengalami inflasi 0,58 persen tetapi pada triwulan I 2016 dicatat sebesar 8,28 persen (yoy)

Sementara, menurut Christin sekitar 80 persen perekonomian Provinsi Bengkulu berada di sektor konsumsi, oleh karena itu semakin besar konsumsi daerah, semakin tinggi juga angka inflasi.

"Perekonomian sejalan dengan inflasi, tetapi kita yakini angka inflasi triwulan I 2016 ini masih pada angka yang cukup baik," katanya.

Pada triwulan II 2016 diharapkan angka inflasi tidak melonjak akibat libur sekolah, bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah. ***3*** 

Pewarta: Boyke LW

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016