Krisis air bersih masih menjadi tantangan utama di beberapa wilayah perkotaan di Indonesia, termasuk di RT 35 dan 37 Kelurahan Sidomulyo, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Banyak warga di daerah ini hanya memiliki akses ke air tanah dari sumur gali atau sumur bor yang kualitasnya kurang layak untuk kebutuhan sehari-hari.
Permasalahan ini memicu kebutuhan akan solusi praktis dan terjangkau, yang kini hadir melalui inovasi alat penyaring air bernama SiFIBER.
Diciptakan oleh tim mahasiswa dan dosen dari STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu, SiFIBER adalah teknologi filtrasi yang mampu meningkatkan kualitas air tanah, membuatnya lebih aman untuk digunakan.
Berbasis pada teknologi sand filter, SiFIBER menggunakan lapisan pasir, kerikil, serta material penyaring lainnya seperti pasir silika, zeolit, dan karbon aktif untuk menyaring partikel besar, logam berat, serta senyawa organik yang dapat membahayakan kesehatan.
Baca juga: Mukomuko panggil pihak terkait pencemaran Sungai Betung
Baca juga: Pemprov Bengkulu uji emisi kendaraan dinas agar tak cemari udara
“SiFIBER tidak hanya menawarkan hasil yang lebih baik dalam penyaringan air, tetapi juga biaya yang terjangkau karena memanfaatkan bahan lokal dan tidak memerlukan tambahan energi,” kata Susilo Wulan, SE, MKM, dosen Kesmas STIKES Tri Mandiri Sakti sekaligus ketua tim inovasi ini.
Dalam uji coba awal yang dilakukan di Masjid Al Fattah, kualitas air menunjukkan peningkatan signifikan dengan penurunan tingkat Total Dissolved Solids (TDS) dan Electrical Conductivity (EC).
TDS adalah ukuran banyaknya zat yang terlarut dalam air, seperti mineral dan garam. Satuan pengukurannya adalah pm (bagian per juta). Jika TDS dalam air tinggi, air mungkin terasa kurang enak atau berbau, bahkan bisa tidak aman untuk diminum. Air minum yang baik umumnya punya TDS di bawah 300 ppm, sementara TDS di atas 500 ppm dianggap tinggi dan bisa jadi tanda ada kontaminasi.
Sementara EC mengukur seberapa baik air bisa menghantarkan listrik. Hal ini tergantung pada banyaknya ion (partikel bermuatan) yang ada dalam air, biasanya dari mineral dan garam. EC diukur dalam satuan µS/cm (microsiemens per centimeter). EC yang tinggi bisa berarti ada banyak mineral atau zat lain yang mungkin kurang aman untuk diminum. Biasanya, semakin banyak zat terlarut dalam air, semakin tinggi nilai EC-nya.
Wulan mengatakan proyek SiFIBER tidak hanya sebagai solusi teknis tetapi program ini juga melibatkan masyarakat setempat melalui penyuluhan dan pelatihan pembuatan alat penyaring air. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya air bersih dan cara merawat alat penyaring agar tetap berfungsi optimal.
"Tim berharap upaya ini bisa menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kualitas air yang mereka gunakan," kata dia.
Baca juga: Kualitas udara Jakarta semakin membaik dan masuk kategori sedang
Baca juga: DLH Bengkulu tegur perusahaan yang diduga sebabkan polusi udara
Inisiatif pengabdian masyarakat ini tak lepas dari dukungan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang memberikan pendanaan untuk pengembangan teknologi ini. Dukungan ini memungkinkan tim untuk melakukan riset dan implementasi langsung di lapangan.
Diharapkan, dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, program ini dapat menjadi model yang menginspirasi dan membantu daerah-daerah lain di Indonesia dalam menghadapi permasalahan serupa, memberikan dampak nyata bagi kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
Permasalahan ini memicu kebutuhan akan solusi praktis dan terjangkau, yang kini hadir melalui inovasi alat penyaring air bernama SiFIBER.
Diciptakan oleh tim mahasiswa dan dosen dari STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu, SiFIBER adalah teknologi filtrasi yang mampu meningkatkan kualitas air tanah, membuatnya lebih aman untuk digunakan.
Berbasis pada teknologi sand filter, SiFIBER menggunakan lapisan pasir, kerikil, serta material penyaring lainnya seperti pasir silika, zeolit, dan karbon aktif untuk menyaring partikel besar, logam berat, serta senyawa organik yang dapat membahayakan kesehatan.
Baca juga: Mukomuko panggil pihak terkait pencemaran Sungai Betung
Baca juga: Pemprov Bengkulu uji emisi kendaraan dinas agar tak cemari udara
“SiFIBER tidak hanya menawarkan hasil yang lebih baik dalam penyaringan air, tetapi juga biaya yang terjangkau karena memanfaatkan bahan lokal dan tidak memerlukan tambahan energi,” kata Susilo Wulan, SE, MKM, dosen Kesmas STIKES Tri Mandiri Sakti sekaligus ketua tim inovasi ini.
Dalam uji coba awal yang dilakukan di Masjid Al Fattah, kualitas air menunjukkan peningkatan signifikan dengan penurunan tingkat Total Dissolved Solids (TDS) dan Electrical Conductivity (EC).
TDS adalah ukuran banyaknya zat yang terlarut dalam air, seperti mineral dan garam. Satuan pengukurannya adalah pm (bagian per juta). Jika TDS dalam air tinggi, air mungkin terasa kurang enak atau berbau, bahkan bisa tidak aman untuk diminum. Air minum yang baik umumnya punya TDS di bawah 300 ppm, sementara TDS di atas 500 ppm dianggap tinggi dan bisa jadi tanda ada kontaminasi.
Sementara EC mengukur seberapa baik air bisa menghantarkan listrik. Hal ini tergantung pada banyaknya ion (partikel bermuatan) yang ada dalam air, biasanya dari mineral dan garam. EC diukur dalam satuan µS/cm (microsiemens per centimeter). EC yang tinggi bisa berarti ada banyak mineral atau zat lain yang mungkin kurang aman untuk diminum. Biasanya, semakin banyak zat terlarut dalam air, semakin tinggi nilai EC-nya.
Wulan mengatakan proyek SiFIBER tidak hanya sebagai solusi teknis tetapi program ini juga melibatkan masyarakat setempat melalui penyuluhan dan pelatihan pembuatan alat penyaring air. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya air bersih dan cara merawat alat penyaring agar tetap berfungsi optimal.
"Tim berharap upaya ini bisa menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kualitas air yang mereka gunakan," kata dia.
Baca juga: Kualitas udara Jakarta semakin membaik dan masuk kategori sedang
Baca juga: DLH Bengkulu tegur perusahaan yang diduga sebabkan polusi udara
Inisiatif pengabdian masyarakat ini tak lepas dari dukungan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang memberikan pendanaan untuk pengembangan teknologi ini. Dukungan ini memungkinkan tim untuk melakukan riset dan implementasi langsung di lapangan.
Diharapkan, dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, program ini dapat menjadi model yang menginspirasi dan membantu daerah-daerah lain di Indonesia dalam menghadapi permasalahan serupa, memberikan dampak nyata bagi kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.
Supertanker MT Arman 114 segera dipindahkan ke posisi aman
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024