Jakarta (ANTARA Bengkulu) - Raut wajah Rahmat Arifin terlihat ceria, senyum terus menghiasi bibirnya. Ia patut bahagia karena mendapat penghargaan Kalpataru.
Usahanya dalam mencegah perburuan liar harimau sumatera berbuah manis meski perjalanannya terhalang berbagai rintangan selama hampir 20 tahun.
Kalpataru merupakan penghargaan bagi kepedulian dan kepeloporan masyarakat dalam melestarikan lingkungan, dimana bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 5 Juni 2012, Rahmat merupakan salah satu penerima Kalpataru pada kategori pengabdi lingkungan yang diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kehidupan sehari-hari pria kelahiran Tanjung Karang 28 Februari 1968 itu memang tidak jauh dengan lingkungan, karena profesinya sebagai Polisi Hutan mengharuskan dia akrab dengan hutan rimba dan satwa.
Berawal dari keprihatinan Rahmat terhadap maraknya konflik satwa antara harimau dan manusia di Jambi dan perburuan liar yang menyebabkan jumlah satwa dilindungi itu semakin berkurang.
"Bagaimanapun ceritanya, jika terjadi konflik pasti akan berakhir dengan jatuh korban baik harimau maupun manusia, jadi sebisa mungkin konflik itu dicegah," kata Rahmat.
Upaya yang dilakukannya selain melakukan patroli rimba juga mengajak warga untuk tidak lagi memburu harimau.
Selama ini harimau dianggap hama karena sering memangsa hewan ternak warga sekitar sehingga kerap diburu dan dijerat.
Menurut suami dari Monalisa itu, sebelum adanya upaya yang dilakukan, perburuan harimau cukup marak dan masih ditemukan harimau yang mati terjerat.
"Alhamdulillah selama ini warga sudah mulai paham dan tidak lagi menganggap harimau sebagai musuh. Kita juga mensosialisasikan bagaimana caranya menghindari konflik dengan harimau," kata Rahmat.
Bukan baru pertama kali Rahmat Arifin mendapat penghargaan karena usahanya itu, sebelumnya ia juga sempat meraih penghargaan polisi hutan terbaik dan sejumlah penghargaan lainnya atas pengabdian terhadap lingkungan.
Ia berharap, kegigihannya dalam menyelamatkan harimau sumatera mendapat dukungan semua pihak dan Kalpataru yang diperolehnya menjadi pendorong bagi siapapun yang bertekad menyelamatkan lingkungan. (ANT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
Usahanya dalam mencegah perburuan liar harimau sumatera berbuah manis meski perjalanannya terhalang berbagai rintangan selama hampir 20 tahun.
Kalpataru merupakan penghargaan bagi kepedulian dan kepeloporan masyarakat dalam melestarikan lingkungan, dimana bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 5 Juni 2012, Rahmat merupakan salah satu penerima Kalpataru pada kategori pengabdi lingkungan yang diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kehidupan sehari-hari pria kelahiran Tanjung Karang 28 Februari 1968 itu memang tidak jauh dengan lingkungan, karena profesinya sebagai Polisi Hutan mengharuskan dia akrab dengan hutan rimba dan satwa.
Berawal dari keprihatinan Rahmat terhadap maraknya konflik satwa antara harimau dan manusia di Jambi dan perburuan liar yang menyebabkan jumlah satwa dilindungi itu semakin berkurang.
"Bagaimanapun ceritanya, jika terjadi konflik pasti akan berakhir dengan jatuh korban baik harimau maupun manusia, jadi sebisa mungkin konflik itu dicegah," kata Rahmat.
Upaya yang dilakukannya selain melakukan patroli rimba juga mengajak warga untuk tidak lagi memburu harimau.
Selama ini harimau dianggap hama karena sering memangsa hewan ternak warga sekitar sehingga kerap diburu dan dijerat.
Menurut suami dari Monalisa itu, sebelum adanya upaya yang dilakukan, perburuan harimau cukup marak dan masih ditemukan harimau yang mati terjerat.
"Alhamdulillah selama ini warga sudah mulai paham dan tidak lagi menganggap harimau sebagai musuh. Kita juga mensosialisasikan bagaimana caranya menghindari konflik dengan harimau," kata Rahmat.
Bukan baru pertama kali Rahmat Arifin mendapat penghargaan karena usahanya itu, sebelumnya ia juga sempat meraih penghargaan polisi hutan terbaik dan sejumlah penghargaan lainnya atas pengabdian terhadap lingkungan.
Ia berharap, kegigihannya dalam menyelamatkan harimau sumatera mendapat dukungan semua pihak dan Kalpataru yang diperolehnya menjadi pendorong bagi siapapun yang bertekad menyelamatkan lingkungan. (ANT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012