Psikolog klinis Ratih Ibrahim menyampaikan beberapa terapi yang diterapkan oleh psikolog dalam membantu menyembuhkan kecanduan judi online, termasuk terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy/CBT).
"CBT itu kita masuk kepada cara berpikirnya, yang kemudian di-challenge oleh kita, jadi yang dari kebiasaan yang negatif kita ubah, dikondisikan," kata psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia itu kepada ANTARA di kantornya di Jakarta, Selasa.
"Jadi, bagaimana dia terkunci kepada pikiran bahwa judi akan membuat dia kaya, itu diubah, terus pola hidupnya juga diubah," kata Ratih, yang menjabat sebagai direktur Personal Growth.
Baca juga: Polisi tetapkan 28 tersangka kasus judol yang libatkan oknum Komdigi
Dia mengungkapkan bahwa kebanyakan korban judi online penasaran untuk menang, dan rasa itu membuat pikiran mereka hanya terikat pada keuntungan yang bisa didapat ketika menang.
Menurut dia, pola pikir yang demikian perlu diubah agar pasien mengenali bahwa kecanduan terhadap judi online bisa membuat mereka terjerumus ke dalam lingkaran setan dan utang.
Ratih mengatakan bahwa terapi motivational interviewing juga dapat diterapkan untuk membantu penyembuhan kecanduan judi online.
Dalam penerapan terapi ini, psikolog mendorong pasien membangun keinginan kuat untuk sembuh dari adiksi.
Baca juga: Solusi judi daring ada pada penegakan hukum, bukan status kejahatan
Ratih menyampaikan bahwa dalam beberapa kasus terapi kelompok dapat membantu penyembuhan kecanduan. Pengalaman dan dukungan sosial dari orang-orang yang sudah sembuh bisa membantu pasien untuk melepaskan diri dari adiksi.
"Untuk judi online ini, terapi kelompok juga kami percaya bisa diterapkan. Jadi, yang bisa di situ siapapun juga yang terpapar termasuk keluarganya. Tapi, nanti sifat terapinya kan harus bisa dikondisikan dan harus ada consent dari si pasien-pasiennya untuk sembuh," kata Ratih.
Ia menjelaskan bahwa terapi untuk membantu penyembuhan kecanduan judi online biasanya dilakukan secara intens dalam waktu tiga sampai enam bulan, atau bahkan satu tahun, sesuai dengan tingkat adiksi.
Namun, Ratih mengatakan bahwa kesembuhan pasien tidak bisa tetap bertahan kalau yang bersangkutan tidak yakin pada diri sendiri bahwa dia bisa melepaskan diri dari jerat judi online.
Baca juga: Kemkomdigi gandeng PPATK cegah aliran uang judi online ke luar negeri
Guna membantu pasien menjauhkan diri dari praktik judi online, ia mengatakan, terapis biasanya akan membantu pasien memblokir aplikasi terkait judi online dan meminta pasien melakukan kegiatan lain yang bisa mengalihkan pikiran dari judi.
Ratih menyampaikan bahwa keberhasilan terapi perubahan perilaku sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar pasien.
"Berat lho, ngelawan diri sendiri, itu susah banget. Baru senang sudah ada kemajuan, terus orangnya menyabotase dirinya dia sendiri," katanya.
"Atau kita sudah senang kelihatan ada perbaikannya, ternyata ketemu sama temannya, bisa balik lagi, terus malah judinya lebih kenceng," ia menambahkan.
Ratih mengatakan bahwa keluarga berperan penting dalam membantu pasien menjalani terapi untuk melepaskan diri dari candu judi online.
Keluarga antara lain harus membantu memastikan pasien bisa mengalihkan perhatian dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat.
Ratih menyarankan orang yang pernah terjerat judi online meninggalkan lingkungan pertemanan yang bisa kembali menjerumuskan mereka kepada adiksi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024
"CBT itu kita masuk kepada cara berpikirnya, yang kemudian di-challenge oleh kita, jadi yang dari kebiasaan yang negatif kita ubah, dikondisikan," kata psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia itu kepada ANTARA di kantornya di Jakarta, Selasa.
"Jadi, bagaimana dia terkunci kepada pikiran bahwa judi akan membuat dia kaya, itu diubah, terus pola hidupnya juga diubah," kata Ratih, yang menjabat sebagai direktur Personal Growth.
Baca juga: Polisi tetapkan 28 tersangka kasus judol yang libatkan oknum Komdigi
Dia mengungkapkan bahwa kebanyakan korban judi online penasaran untuk menang, dan rasa itu membuat pikiran mereka hanya terikat pada keuntungan yang bisa didapat ketika menang.
Menurut dia, pola pikir yang demikian perlu diubah agar pasien mengenali bahwa kecanduan terhadap judi online bisa membuat mereka terjerumus ke dalam lingkaran setan dan utang.
Ratih mengatakan bahwa terapi motivational interviewing juga dapat diterapkan untuk membantu penyembuhan kecanduan judi online.
Dalam penerapan terapi ini, psikolog mendorong pasien membangun keinginan kuat untuk sembuh dari adiksi.
Baca juga: Solusi judi daring ada pada penegakan hukum, bukan status kejahatan
Ratih menyampaikan bahwa dalam beberapa kasus terapi kelompok dapat membantu penyembuhan kecanduan. Pengalaman dan dukungan sosial dari orang-orang yang sudah sembuh bisa membantu pasien untuk melepaskan diri dari adiksi.
"Untuk judi online ini, terapi kelompok juga kami percaya bisa diterapkan. Jadi, yang bisa di situ siapapun juga yang terpapar termasuk keluarganya. Tapi, nanti sifat terapinya kan harus bisa dikondisikan dan harus ada consent dari si pasien-pasiennya untuk sembuh," kata Ratih.
Ia menjelaskan bahwa terapi untuk membantu penyembuhan kecanduan judi online biasanya dilakukan secara intens dalam waktu tiga sampai enam bulan, atau bahkan satu tahun, sesuai dengan tingkat adiksi.
Namun, Ratih mengatakan bahwa kesembuhan pasien tidak bisa tetap bertahan kalau yang bersangkutan tidak yakin pada diri sendiri bahwa dia bisa melepaskan diri dari jerat judi online.
Baca juga: Kemkomdigi gandeng PPATK cegah aliran uang judi online ke luar negeri
Guna membantu pasien menjauhkan diri dari praktik judi online, ia mengatakan, terapis biasanya akan membantu pasien memblokir aplikasi terkait judi online dan meminta pasien melakukan kegiatan lain yang bisa mengalihkan pikiran dari judi.
Ratih menyampaikan bahwa keberhasilan terapi perubahan perilaku sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar pasien.
"Berat lho, ngelawan diri sendiri, itu susah banget. Baru senang sudah ada kemajuan, terus orangnya menyabotase dirinya dia sendiri," katanya.
"Atau kita sudah senang kelihatan ada perbaikannya, ternyata ketemu sama temannya, bisa balik lagi, terus malah judinya lebih kenceng," ia menambahkan.
Ratih mengatakan bahwa keluarga berperan penting dalam membantu pasien menjalani terapi untuk melepaskan diri dari candu judi online.
Keluarga antara lain harus membantu memastikan pasien bisa mengalihkan perhatian dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat.
Ratih menyarankan orang yang pernah terjerat judi online meninggalkan lingkungan pertemanan yang bisa kembali menjerumuskan mereka kepada adiksi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024