Warga di wilayah Kecamatan Air Manjuto, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mengeluhkan keberadaan hama kera liar yang sering merusak tanaman jagungnya.
"Gerombolan kera liar ini tidak hanya sekali ini saja merusak tanaman jagung ini tetapi sudah sering, dan kami tidak pernah memetik hasil dari tanaman ini," kata warga Kecamatan Air Manjuto Warsiman saat dihubungi dari Mukomuko, Rabu.
Warsiman yang juga bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan pemerintah daerah setempat memiliki lahan tanaman jagung seluas lebih dari seperempat hektare.
Diakuinya, bahwa selama ini tanaman jagungnya ini selain jarang dipantau karena kesibukannya bekerja sebagai ASN di Dinas Perikanan Kabupaten Mukomuko.
Selain itu, dia mengungkapkan tanaman jagungnya ini juga jarang di pupuk sehingga kondisi batangnya tidak begitu subur.
Warsiman mengatakan letak lahan jagungnya itu berada di pinggir sehingga sulit terpantau oleh warga lain yang menanam tanaman kelapa kelapa sawit dan tanaman padi di lokasi tersebut.
Setelah kejadian ini, ia menyampaikan keinginan untuk mengalih fungsikan lahan tanaman pangan ke tanaman kelapa sawit karena air irigasi tidak sampai ke lahannya itu.
Kepala Kepala BKSDA Resor Mukomuko Damin mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah kera atau monyet yang merusak tanaman jagung warga dilindungi atau tidak.
Untuk mengatasi konflik kera dengan manusia, ia mengatakan, kalau dulu pernah ada kuota tangkap, tetapi sejauh ini belum ada kuota untuk menangkapnya.
Dia mengatakan, biasanya salah satu cara untuk mengusir gerombolan monyet atau kera dengan cara menangani kepala kodi-nya atau pimpinannya.
"Kalau gerombolan kera ini tergantung kepala kodi. Singkirkan dulu kepala kodinya, setelah itu kera lain tidak berani lagi datang," ujarnya.
Sebaiknya, warga menggunakan kearifan lokal dalam menangani gerombolan kera yang merusak tanaman.
"Gerombolan kera liar ini tidak hanya sekali ini saja merusak tanaman jagung ini tetapi sudah sering, dan kami tidak pernah memetik hasil dari tanaman ini," kata warga Kecamatan Air Manjuto Warsiman saat dihubungi dari Mukomuko, Rabu.
Warsiman yang juga bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan pemerintah daerah setempat memiliki lahan tanaman jagung seluas lebih dari seperempat hektare.
Diakuinya, bahwa selama ini tanaman jagungnya ini selain jarang dipantau karena kesibukannya bekerja sebagai ASN di Dinas Perikanan Kabupaten Mukomuko.
Selain itu, dia mengungkapkan tanaman jagungnya ini juga jarang di pupuk sehingga kondisi batangnya tidak begitu subur.
Warsiman mengatakan letak lahan jagungnya itu berada di pinggir sehingga sulit terpantau oleh warga lain yang menanam tanaman kelapa kelapa sawit dan tanaman padi di lokasi tersebut.
Setelah kejadian ini, ia menyampaikan keinginan untuk mengalih fungsikan lahan tanaman pangan ke tanaman kelapa sawit karena air irigasi tidak sampai ke lahannya itu.
Kepala Kepala BKSDA Resor Mukomuko Damin mengatakan pihaknya belum bisa memastikan apakah kera atau monyet yang merusak tanaman jagung warga dilindungi atau tidak.
Untuk mengatasi konflik kera dengan manusia, ia mengatakan, kalau dulu pernah ada kuota tangkap, tetapi sejauh ini belum ada kuota untuk menangkapnya.
Dia mengatakan, biasanya salah satu cara untuk mengusir gerombolan monyet atau kera dengan cara menangani kepala kodi-nya atau pimpinannya.
"Kalau gerombolan kera ini tergantung kepala kodi. Singkirkan dulu kepala kodinya, setelah itu kera lain tidak berani lagi datang," ujarnya.
Sebaiknya, warga menggunakan kearifan lokal dalam menangani gerombolan kera yang merusak tanaman.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2024