Bengkulu (Antara) - Sebanyak 929 jiwa penduduk Desa Sinar Pagi Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu terisolir akibat satu-satunya jembatan yang menghubungkan desa tersebut dengan desa lainnya putus akibat banjir bandang yang melanda Sungai Seluma.

"Warga terpaksa menantang bahaya karena harus melintasi sungai dengan arus deras untuk menuju Desa Lubuk Resam," ungkap Kepala Desa Sinar Pagi, Tutik Hartika saat dihubungi dari Bengkulu, Selasa.

Menurut Tutik, jembatan kayu yang hanya dapat dilintasi pejalan kaki dan sepeda motor di atas Sungai Seluma itu hanyut akibat banjir bandang yang terjadi pada Maret 2016.

Sejak peristiwa itu, perangkat desa sudah mengusulkan permintaan pembangunan jembatan baru ke pemerintah Kabupaten Seluma, tapi belum ada solusi.

"Padahal, jembatan ini satu-satunya akses kami menuju desa terdekat karena Desa Sinar Pagi berada di pinggir hutan Bukit Badas," kata dia.

Tutik mengatakan pembangunan jembatan baru itu membutuhkan anggaran yang cukup besar. Bila jembatan tersebut dapat dilalui kendaraan roda dua kata dia, kebutuhan dana minimal Rp500 juta.

Sedangkan dana desa yang diperoleh Sinar Pagi sebesar Rp600 juta pada tahun anggaran 2016 sudah digunakan untuk pembukaan badan jalan sepanjang 2,5 kilometer yang menghubungkan dengan Desa Lubuk Resam.

Saat ini, menurut dia beberapa warga nekat menyeberang untuk mengakses pasar ke Desa Lubuk Resam guna membeli kebutuhan pokok.

Sedangkan anak-anak sekolah tingkat pertama yang bersekolah di Desa Lubuk Resam lebih sering menginap di rumah sanak keluarga, sebab kuatir terjangan air bah saat menyeberang sungai.

"Kami sudah laporkan ke anggota DPRD Seluma yang meneruskan persoalan kami ke pemerintah provinsi, kami mengharapkan ada solusi cepat," ucap Tutik.

Desa Sinar Pagi dimekarkan dari Desa Puguk Kecamatan Seluma Utara pada 2010. Desa tersebut dihuni 381 kepala keluarga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani kopi dan padi.***4***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016