Bengkulu (Antara) - Koordinator Komunitas Mangrove Bengkulu, Riki Rahmansyah mengatakan kerusakan ekosistem mangrove di muara Sungai Seluma, Kabupaten Seluma, Bengkulu mempercepat laju abrasi di pantai tersebut yang mengancam kebun hingga permukiman warga.

"Ekosistem mangrove sejati di muara Sungai Seluma sudah rusak parah, ini yang membuat laju abrasi semakin tinggi," kata Riki usai meninjau muara Sungai Seluma, Kamis.

Ia mengatakan alih fungsi ekosistem mangrove di kawasan itu sebagian besar untuk kepentingan pengembangan tanaman sawit.

Saat ini kata dia, sebagian sawit masyarakat dan milik perkebunan swasta besar sudah tumbang dan hanyut disapu gelombang perairan Bengkulu.

"Salah satu fungsi ekosistem mangrove adalah menahan abrasi karena memiliki sistem perakaran yang kuat, sehingga kerusakan mangrove akan membuat daratan tidak punya benteng alam," katanya menerangkan.

Riki menambahkan, sempadan hingga muara Sungai Seluma seharusnya menjadi kawasan yang dilindungi karena berfungsi sebagai sabuk hijau atau "green belt" penahan gelombang dan angin.

Sebelumnya warga Desa Desa Pasar Seluma, mengeluhkan abrasi di muara Sungai Seluma yang mengikis areal persawahan dan membuat alur sungai bergeser sehingga mengganggu aktivitas nelayan.

"Abrasi di muara sungai membuat daratan terkikis. Kalau tidak ditanggulangi maka permukiman juga terancam," kata Ketua Forum Nelayan Desa Pasar Seluma, Ikhwan.

Ia mengatakan, abrasi parah di wilayah itu terjadi dalam setahun terakhir. Sepanjang empat meter daratan kata dia, sudah tergerus air laut.

Abrasi tersebut menurut Ikhwan dikarenakan tidak ada lagi vegetasi pantai yang menghadang terjangan gelombang.***1***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016