Natuna (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Republik Indonesia menyelenggarakan Sekolah Lapang Masyarakat Mangrove (SLMM) di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
Kegiatan digelar di VIP Room Graha Serasan, Pangkalan TNI Angakatan Udara Raden Sadjad (Lanud RSA) Natuna, dengan tema mengusung rehabilitasi mangrove.
Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM RI Dr.Ir. Suwignya Utama di Natuna, Jumat mengatakan peserta yang mengikuti kegiatan tersebut berjumlah 106 orang, mereka tergabung ke dalam tujuh kelompok tani magrove.
Kelompok tani tersebut kata dia, merupakan kelompok yang telah menjalin kerja sama dengan BRGM, untuk kegiatan rehabilitasi mangrove di Natuna tahun 2024.
"Rehabilitas mangrove di Natuna dikerjakan oleh masyarakat," ucap dia.
Menurut dia, sekolah lapang dilaksanakan selama tiga hari mulai 15-17 Maret 2024. Dalam kegiatan tersebut kelompok tani diajarkan cara pembibitan, menanam dan memelihara mangrove.
Tujuannya adalah agar kelompok tani tidak kebingungan dan bisa bekerja dengan maksimal saat melakukan tugasnya nanti.
"Tidak hanya teori saja, namun akan ada prakteknya," ujar dia.
Kepala Kelompok Kerja Pengembangan Usaha Masyarakat BRGM Ir. C. Nugroho mengatakan kelompok tani yang terlibat dalam penanaman tersebut di antaranya, Tucano Jaya asal Kelurahan Batu Hitam dengan jumlah anggota 20 orang, Tunas Bakau asal Desa Semedang dengan jumlah anggota 15 orang, Semitan Jaya asal Desa Pengadah dengan jumlah anggota 20 orang.
Kemudian, Kelompok Tani Sejahtera asal Desa Kelanga dengan jumlah anggota 15 orang, Kelompok masyarakat Rimbun Bakau asal Desa Kelarik Air Mali dengan jumlah anggota 11 orang, Kelompok Rumpun Bakau asal Desa Kelarik dengan jumlah anggota 11 orang dan Kelompok Tani Tanjung Meru asal Desa Cemaga Utara dengan jumlah anggota 14 orang.
Baca juga: BRIN sebut tanaman mangrove mampu menyerap emisi karbon
Kemudian, Kelompok Tani Sejahtera asal Desa Kelanga dengan jumlah anggota 15 orang, Kelompok masyarakat Rimbun Bakau asal Desa Kelarik Air Mali dengan jumlah anggota 11 orang, Kelompok Rumpun Bakau asal Desa Kelarik dengan jumlah anggota 11 orang dan Kelompok Tani Tanjung Meru asal Desa Cemaga Utara dengan jumlah anggota 14 orang.
Baca juga: BRIN sebut tanaman mangrove mampu menyerap emisi karbon
"Kelompok itu di tujuh desa, lokasinya hampir semua tepian Pulau Natuna," ucap dia.
Selain melakukan rehabilitasi pihaknya juga melakukan peningkatan kapasitas masyarakat di wilayah mangrove.
Tujuannya agar masyarakat tidak sepenuhnya menggantungkannya ekonomi dengan mangrove.
"Nanti akan kita ajarkan memanfaatkan mangrove dengan cara yang positif agar mamgrove tidak rusak, takutnya nanti mereka memanfaatkan mangrove dengan cara ditebang untuk dijual," ucap dia.
Ia memastikan seluruh kelompok akan diberikan upah atas mangrove yang telah mereka tanam.
"Untuk pembayaran upah akan ditransfer langsung ke rekening anggota kelompok dari salah satu bank. Kita kerja sama dengan bank tersebut, jadi tidak ada perantara orang," ujar dia.
Sementara, Komandan Lanud RSA Natuna Kolonel Pnb Dedy Iskandar mengatakan Lanud RSA Natuna siap mendukung program BRGM.
Ia mengaku senang bisa bekerja sama dengan BRGM, pasalnya wilayah pantai Lanud RSA Natuna masuk dalam lokasi rehabilitasi.
Menurut dia, pesisir pantai Lanud butuh direhabilitasi pasalnya garis pantai semakin ke darat, akibat hilang mangrove.
Baca juga: Polda Bengkulu tanam 2.000 pohon peringati HUT Humas Polri
Menurut dia, pesisir pantai Lanud butuh direhabilitasi pasalnya garis pantai semakin ke darat, akibat hilang mangrove.
Baca juga: Polda Bengkulu tanam 2.000 pohon peringati HUT Humas Polri
"Ini kerja sama pertama dari TNI AU dan menjadi prioritas Mabes, sehingga kita akan dukung dengan maksimal," ucap dia.
Menurut dia, mangrove yang lestari akan berdampak positif bagi wilayah sekitar.
Dari segi ekologi mangrove yang lestari akan menciptakan ekositem baru, dimana akan banyak biota yang menghuni pesisir Lanud RSA.
Dengan demikian, akan memberikan dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar, dimana biota-biota yang hidup di dalam ekositem mangrove bisa dikonsumsi dan dijual.
Selain itu, mangrove juga bisa dijadikan objek wisata alam dan objek pendidikan, penelitian serta pengembangan ilmiah pengetahuan.
"Hutan mangrove memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam, mangrove tidak hanya menjadi habitat flora dan fauna, namun juga mencegah abrasi," ucap dia.