Rejanglebong (Antara) - Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, saat ini tengah menyosialisasikan teknik penyambungan kopi robusta kepada kelompok tani di daerah itu.

Menurut Kabid Produksi dan Pengembangan Dishutbun Rejanglebong, Afreda Rotua Purba, di Rejanglebong, Selasa, teknik pembiakan secara vegetatif dengan menyambung tunas pohon induk dengan batang pohon bagian bawah ini untuk memperbaiki mutu dan mendapatkan lebih banyak pohon dengan sifat pohon induknya.

"Teknik penyambungan atau `grafting` pada kopi robusta ini dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman kopi terutama yang sudah berumur tua dan tanaman kopi yang tidak produktif. Kalau tanamannya bagus dan berbuah lebat, tidak perlu dilakukan penyambungan," katanya.

Sosialisasi teknik penyambungan tanaman kopi robusta yang dilakukan di daerah tersebut, kata dia, sudah dilaksanakan sejak beberapa tahun belakangan, dengan sasaran kelompok tani tersebar dalam 15 kecamatan di Rejanglebong.

Pihaknya, kata Afreda, hanya bisa melakukan sosialisasi belaka, lantaran tidak memiliki anggaran yang mencukupi untuk melakukan praktik lapangan atau membuka kebun percontohan.

Beberapa kelompok binaan Dishutbun setempat yang mempraktikkan teknis penyambungan ini antara lain di Desa Tanjung Dalam, Kecamatan Curup Selatan dan Desa Pal Batu, Kecamatan Selupu Rejang. Kedua desa ini berhasil mengembangkan teknis penyambungan dengan pembiayaan dari dana desa yang mereka terima.

Sementara itu luasan kebun kopi di Rejanglebong, tambah dia, saat ini mencapai 21.635 hektare.

Dari luasan kebun kopi ini sebagian besar adalah jenis kopi alam dan sebagian kecil lagi sudah diremajakan dengan teknik penyambungan, dengan jumlah produksi biji kopi kering per tahun 13.402 ton, atau rata-rata produksi 0,6 ton.

"Rata-rata produksi kopi di sini masih berkisar 0,6 ton per hektare, sedangkan normalnya 1,8 ton. Produksi kopi di Rejanglebong ini masih rendah karena banyak kebun yang tidak dirawat dan mereka baru datang ke kebun jika tanamannya akan dipanen saja," ujarnya.

Selain masih banyaknya petani yang tidak melakukan perawatan kebun kopinya dengan baik, juga masih adanya kebiasaan petani yang memanen semua buah kopi di batangnya, bukan mengambil yang masak saja, akibatnya mutu kopi daerah itu masih rendah dan kalah dengan daerah lainnya.***3***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016