Bengkulu (Antara) - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menyebutkan, pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Provinsi Bengkulu tertunda satu tahun akibat bencana.

Presiden Direktur PT Pertamina Geothermal Energy Irfan Zainuddin di Bengkulu, Jumat, mengatakan PT PGE bersama PLN awalnya menargetkan PLTP dengan kapasitas 55 Megawatt beroperasi komersial pada 2019.

"Tetapi lokasi tempat kita sedang melakukan pemboran pengembangan proyek geothermal terkena dampak bencana longsor. Oleh karena itu PGE bersama PLN sama-sama setuju memundurkan satu tahun, yakni pada 2020," kata dia.

Pemboran sumur sumber panas bumi sempat tertunda akibat longsor yang terjadi pada April 2016, blok pengeboran yang berada di Hululais, Kabupaten Lebong juga ikut tertimbun.

"Tetapi sekarang kita sudah bisa melanjutkan pemboran untuk sumur yang ke tujuh," kata dia lagi.

Baru enam sumur sumber panas bumi yang rampung dikerjakan, kata Irfan, sudah dapat menghasilkan pembangkitan listrik sebesar 40 Megawatt.

"Kita punya kontrak dengan PLN yakni dua kali 55 Megawatt, dan sekarang kita penuhi satu pembangkitan PLTP 55 Megawatt," kata Irfan.

Panas bumi di Hululais Bengkulu, kata dia memiliki potensi listrik dengan kapasitas 220 Megawatt, seluruhnya ditargetkan rampung pada 2024.

"Secara bertahap, pada 2020 satu PLTP 55 Megawatt sudah bisa beroperasi komersial, setelah itu menyusul tiga kali 55 Megawatt," ujarnya.***1***

Pewarta: Boyke LW

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016