Rejang Lebong (Antara) - Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) di daerah itu terhitung Januari-Oktober sebanyak 85 kasus.

Menurut keterangan Kabid Pemberantasan, Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan Rejang Lebong, Nunung Tri Mulyanti di Rejang Lebong, Minggu, jumlah kasus DBD yang terjadi di wilayah itu mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

"Jumlahnya mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 184 kasus, untuk tahun ini terhitung Januari sampai dengan Oktober 2016 sebanyak 85 kasus. Mudah-mudahan sampai tutup tahun nanti jumlahnya tidak bertambah banyak, kalau pun bertambah hanya sedikit," katanya.

Dari 85 kasus warga yang terjangkit DBD ini kata dia, berasal dari 15 kecamatan di Rejang Lebong, di mana dari jumlah itu tidak ada korban yang meninggal dunia.

Sementara itu secara global penderita DBD yang berobat di RSUD Curup tambah dia, mencapai 206 kasus, namun kalangan ini bukan hanya berasal dari Rejang Lebong melainkan juga berasal dari Kabupaten Lebong, Kepahiang serta Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumsel.

"RSUD Curup saat ini telah menjadi rumah sakit rujukan regional di Provinsi Bengkulu, sehingga pasiennya bukan hanya berasal dari Rejang Lebong tetapi juga dari Kabupaten Lebong, Kepahiang, dan daerah lainnya termasuk dari Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumsel," ujarnya.

Adanya penurunan kasus warga yang dinyatakan positif terjangkit DBD di daerah itu kata dia, berkat kerja keras petugas kesehatan dan aparatur pemerintahan lainnya di lapangan dalam mengkampanyekan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Selain itu juga melaksanakan gerakan 3 M plus yakni menutup bak air, menguras bak mandi, mengubur barang bekas serta menaburkan bubuk abate di sumber air, serta gerakan pembersihan lingkungan.

"Aksi-aksi yang dilaksanakan ini dianggap cukup ampuh dalam pencegahan perkembangbiakan nyamuk aides aigipty. Saat ini fogging atau pengasapan diupayakan untuk dikurangi karena berdampak bagi kesehatan dan lingkungan, fogging ini hanya dilakukan sebagai alternatif terakhir," ujarnya. ***4***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016